Tahukah Kamu Asal Usul Penamaan Riau?

Candi Muara Takus di IV Koto Kampar, Kampar, Riau. (foto: kosabudaya.id)

Guruku.kosabudaya.id – Riau kaya akan khasanah budaya. Salah satu budaya tersebut adalah kisah-kisah yang berkaitan dengan asal mula penamaan suatu tempat.

Penamaan tempat di Riau selalu berkaitan dengan sejarah dan bentang alam. Sejarah dapat berupa tentang flora dan fauna, tokoh, peristiwa sejarah, ataupun sejarah tempat itu sendiri, sedangkan bentang alam meliputi saujan yang terdapat di dalam itu sendiri.

Bacaan Lainnya

Secara umum, wilayah Riau didiami oleh 3 wilayah budaya yaitu masyarakat kerajaan, masyarakat adat, dan masyarakat suku asli. Ketiga wilayah ini memiliki kekhasan tersendiri dengan keragaman budaya dan sistem sosial yang berbeda.

Wilayah masyakat kerajaan meliputi wilayah-wilayah bekas kerajaan misalnya Siak Sri Inderapura, Inderagiri, Pelalawan, Gunung Sahilan, Rokan IV Koto, Tambusai, dan lainnya. Masyarakat adat meliputi wilayah-wilayah kedatuan seperti Rantau Kuantan, Rantau Kampar, sebagian Rokan, sebagian Inderagiri, dan Petalangan. Masyarakat suku asli meliputi wilayah-wilayah perbatinan seperti Sakai, Talang Mamak, Akit, dan Duanu.

Penamaan Riau
Nama riau berpangkal dari ucapan rakyat ketika didirikannya negeri baru di sungai Carang untuk jadikan pusat kerajaan. Pendirian pusat kerajaan menyebabkan tempat tersebut menjadi rioh atau riuh yang berarti hiruk-pikuk karena ramai orang bekerja.

Hulu sungai itulah yang kemudian bernama Ulu Riau. Adapun peristiwa itu kira-kira seperti teks seperti di bawah ini:

Tatkala perahu-perahu dagang yang semula pergi ke Makam Tauhid (ibukota Kerajaan Johor) diperintahkan membawa barang dagangannya ke sungai Carang di pulau Bintan (suatu tempat sedang didirikan negeri baru) di muara sungai itu mereka kehilangan amh. Bila ditanyakan kepada awak-awak perahu yang hilir, “di mana tempat orang-orang raja mendirikan negeri” mendapat jawaban “di sana di tempat yang rioh” sambil mengisyaratkan ke hulu sungai. Menjelang sampai ke tempat yang dimaksud, jika ditanya ke mana maksud mereka, selalu mereka jawab, “mau ke rioh”.

Pembukaan negeri Riau yang sebelumnya bernama sungai Carang itu pada 27 September 1673, diperintahkan oleh Sultan Johor Abdul Jalil Syah III (1623-1677) kepada Laksamana Abdul Jamil. Setelah Riau menjadi negeri, maka Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah, merupakan sultan Riau pertama yang dinobatkan pada 4 Oktober 1722. Setelahnya, nama Riau dipakai untuk menunjukkan satu di antara 4 daerah utama kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga. 

Setelah Perjanjian London 1824 yang membelah dua kerajaan tersebut menjadi dua bagian, maka nama riau digabungkan dengan lingga, sehingga terkenal pula sebutan Kerajaan Riau-Lingga. Pada zaman pemerintahan Belanda dan Jepang, nama ini dipergunkan untuk daerah Kepulauan Riau ditambah dengan pesisir Timur Sumatera. 

Selain kata rioh yang berati riuh, terdapat 2 kemungkinan lainnya yaitu toponomi riau berasal dari penamaan orang Portugis rio yang berarti sungai, dan cerita tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Alfu Laila Wa Laila menyebut riahi untuk suatu tempat di Pulau Bintan, seperti yang pernah dikemukakan oleh almarhum Oemar Amin Hoesin dalam pidatonya ketika terbentuknya Provinsi Riau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar