Tahukah Kamu Asal Usul Penamaan Inderagiri?

Seorang Masyarakat Adat Tiga Lorong sedang memasang bubu di Batang Inderagiri. (foto: tigalorong.id)

Guruku.kosabudaya.id – Kamu pasti pernah mendengar nama inderagiri, bukan? Ya, inderagiri adalah sebuah kawasan budaya di Riau yang berada disepanjang aliran Batang Inderagiri. Kawasan ini didiami oleh 4 komunitas budaya besar yang memberi warna dengan keberagaman Provinsi Riau. Keempat komunitas tersebut adalah Masyarakat Adat Tiga Lorong yang berada di Hulu Batang Inderagiri, Suku Asli Talang Mamak yang berada di tengah Batang Inderagiri), Melayu Inderagiri yang berada di tengah Batang Inderagiri, dan Banjar/Bugis yang berada di Hilir atau muara Batang Inderagiri.

Sebutan inderagiri saat ini juga bisa merujuk kepada beberapa maksud yaitu Kabupaten Inderagiri Hulu, Kabupaten Inderagiri Hilir, Sungai Inderagiri, dan Kerajaan Inderagiri.

Bacaan Lainnya

Penamaan Inderagiri
Nama inderagiri berasal bahasa Sansekerta yaitu Indra yang berarti mahligai dan Giri yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri, sehingga kata Indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai.

Namun begitu, terdapat juga beberapa pendapat lain tentang nama inderagiri.

Pendapat pertama. Konon, nama inderagiri berasal dari nama sebuah anak sungai yang terdapat di kawasan itu yang dulunya bernama Pangandalandiri.

Pendapat kedua. Informasi lisan yang tidak begitu populer diberikan oleh Ahmad Yusuf (sesepuh di kampung Batu Gajah, Sungai Lala, Indragiri). Menurutnya, nama inderagiri berasal dari kata “indar kiri” yang bermakna secara harfiah hindar ke kiri.  

Kisah ini terjadi Ketika sebuah perahu yang menghiliri sungai keruh (nama sungai Indragiri sebelum bernama Indragiri), nakhoda perahu itu berteriak “hindar kiri” ketika  memasuki dua sungai yang meragukan. Nama itu akhirnya didengar warga nama kemudian secara etimologis berubah namanya menjadi Indragiri.

Nama Inderagiri dalam Literatur
Nama Inderagiri @ Indragiri tercantum dalam kamus susunan Richard James Wilkinson (1867-1941) yang terkenal (A Malay-English Dictionary, Macmillan & Co. Ltd., London, 1959, him. 424) yang pertama kali terbit pada tahun 1932. Menurut kamus ini, Inderagiri atau Indragiri berarti Gunung Tempat Dewa Indra: suatu kesultanan di pesisir Timur Sumatra dekat sungai yang bernama sama (Indra’s Mountain: an East Coast Sumatra Sultanate on a river of the same namd).

Dalam kamus susunan Hillebrads Cornelius Klinkert (1829-1913) yang tak kurang terkenalnya (Nieuw Maleisch-Nederlandsch Woordenboek – Met Arabisch karakter, Vijfde Druk, Boekhandel en Drukkerij E.J. Brill, 1947, Leiden, him. 73) yang pertama kali terbit pada tahun 1892 mengartikan nama Inderagiri @ Indragiri sebagai nama sebuah kerajaan di pantai Timur pulau Sumatera dan nama sebuah sungai yang mengaliri kerajaan itu (naam van een rijk op de O.-kust van Sumatra en van een rivier, die dat rijk doorstroomt).

Nama Inderagiri dalam Pantun
Hasan Junus (2002) menyebutkan ada beberapa pantun piawai (dikatakan piawai karena sampirannya berlapis, yaitu isi pantun masih belum tuntas menjelaskan isi tapi masih dengan samar-samar, dan pantun itu masih diingat dan terpakai di kalangan masyarakat Melayu) nama Inderagiri atau Indragiri sering pula disebut-sebut. Pantun piawai itu ialah:

Lumba-lumba main gelombang
Riaknya sampai ke Inderagiri
Coba-coba kutanam mumbang
Kalau hidup payung negeri

Dalam sebuah pantun yang dipakai oleh R.J. Wilkinson (1867-1941) yang tercantum dalam karyanya yang terkenal A Malay-English Dictionary (1932) ketika menerangkan kata tilek atau tilik disebutkan nama inderagiri sebagai berikut:

Khairuddin namanya raja Tabal di Teluk Inderagiri Sedap manis dipandang durja Tempat menilik sehari-hari yang diterjemahkan oleh sang penyusun kamus sebagai berikut: Our Ruler’s name is Khairudeen; He reigns at Inderagiri Bay; His kindly look and gracious mien; Hold us entranced from day to day.

Demikian pula dalam Kumpulan Pantun Melayu yang dihimpun oleh Zainal Abidin Bakar (Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1984, pada pantun no. 1418) tersebut pula nama Indragiri seperti di bawah ini:

Indragiri pasirnya lumat
Kerang bercampur dengan lokan
Bagai nabi kasihkan umat
Begitu saya kasihkan puan

Dan, pada seuntai pantun yang lain berbunyi seperti tertera di bawah ini:

Sentakkan layar ke Inderagiri
Ikan todak dalam perahu
Air ditelan serasa duri
Tidur tak hendak makan tak mau

Nama Inderagiri dalam Sejarah Melayu
Dalam Sejarah Melayu nama Indragiri atau Inderagiri dapat dijumpai berkali-kali. Pada bagian Cetera Yang Keempatbelas tertulis sebagai berikut:

Setelah berapa lamanya Sultan Manshur Syah di Majapahit iyu maka baginda pun hendak kembali ke Melaka. Maka Sultan Manshur Syah pun bermohon pada Betara Majapahit hendak membawa Raden Galuh ke Melaka. Maka diberi oleh Betara. Maka Sultan Manshur pun berlengkap menyuruhkan Tun Bija Sura memohonkan Indragiri. Maka Tun Bija Sura pun pergilah menghadap Betara Majapahit. Maka sembah Tun Bija Sura, “Tuanku, paduka anakda memohonkan Indragiri. Jikalau dianuge-rahkan sebaik-baiknya, Jikalau tiada pun diambil juga.” Maka titah Betara kepada orang besar-besar, “Betapa bicara kamu sekalian karena anak kita hendakkan Indragiri. Baik diberikan atau jangan?” Sembah Patih Aria Gajah Mada, “Baik tuanku dianugerahkan supaya jangan lagi mufaraq kita dengan dia.” Maka titah Betara Majapahit pada Tun Bija Sura, “Pemberian kitalah Indragiri akan anak kita. Segala lurah Tanah Jawa inipun siapatah lagi ampunya dia jikalau tiada anak kita raja Melaka.” Maka Tun Bija Sura pun kembalilah.

Dalam karya Tun Seri Lanang itu disebutkan zaman Raja Merlang dan Raja Narasinga, sehingga teranglah hubungan antara Melaka-Indragiri-Majapahit. Pada Cetera Yang Keduapuluhdelapan tertulis pula sebagai berikut:

Kata shahibul hikayat maka tersebutkan perkataan Raja Merlang raja Inderagiri hilang di Melaka. Juga ada baginda beranak dengan permaisuri anak Marhum Melaka seorang laki-laki, Raja Narasinga namanya. Pada bagindalah pula segala orang Inderagiri. Adapun pada ketika itu segala anak raja-raja Inderagiri tiada dimalui oleh segala anak tuan-tuan Melaka; apabila segala anak-anak tuan-tuan Melaka berjalan ke sana sini maka bertemu dengan lecah-lecah atau sungai, jikalau ada anak tuan-tuan Inderagiri maka dipanggilnya disuruhnya dukung melalui lecah-lecah itu, sudah seorang, seorang. Maka pada seorang anak tuan-tuan Inderagiri dua tiga or­ang anak tuan-tuan Melaka berdukung kepadanya berganti-ganti. Maka segala orang Inderagiri berdatang sembah pada Raja Narasinga, “Tuanku, mari kita bermohon kembali ke Inderagiri karena tiada kuasa patik sekalian duduk di Melaka ini, tiada sekali-kali diumpamakan oleh anak tuan-tuan Melaka, dijadikannya seperti hambanya.” Maka titah Raja Narasinga, “Baiklah.” Maka baginda pun masuk menghadap Sultan Mahmud; pada ketika itu baginda sedang dihadap orang banyak. Maka Raja Narasinga pun berdatang sembah ke bawah duli Sultan Mahmud, katanya, “Tuanku, jikalau ada kurnia dull Yang Dipertuan patik hendak bermohonlah kembali ke Inderagiri karena sungguhpun ada negeri patik dianugerahi oleh dull Yang Dipertuan tiada patik melihat dia.” Maka tiada dilepas oleh Sultan Mahmud Syah.
Setelah berapa lamanya maka Raja Narasinga pun berlepas dirinya kembali ke Inderagiri. Telah datang di Inderagiri didapati baginda MaharajaTuban saudara Maharaja Merlang itu pun sudah mati, tinggal anaknya seorang laki-laki Maharaja Isap namanya; ialah jadi raja di Inderagiri. Setelah Raja Narasinga datang maka Maharaja Isap pun dihalaukan oleh Tun Kecil dan Tun Ali, orang besar di Inderagiri itu. Maka Raja Isap lari ke Lingga; nama raja Lingga itu Maha­raja Terengganu. Maka oleh Maharaja Terengganu, Raja Isap diambilnya akan menantu. Banyak ia beranak setelah Maharaja Terengganu mati. Maka Raja Isap pun jadi raja Lingga. Maka Raja Narasinga pun naik raja di Inderagiri; Tun Kecil jadi Bendahara.

Sejalan dengan gambaran di atas dalam salah-satu versi Hikayat Hang Tuah terdapat pula keterangan tentang Indragiri. Setelah Hang Tuah menyampaikan permintaan Sultan Melaka kepada… (teks naskah tidak terbaca) agar memberikan Siantan maka mertuanya Ratu Majapahit memberikan jawaban:

Jangankan Siantan kalau memantu kita itu meminta Indragiri pun akan kita berikan
Dan jangankan Indragiri Palembang pun kalau diminta oleh memantu kita itu akan kita berikan

Rujukan:
1. Elmustian Rahman, dkk. 2006. Reidentifikasi Tradisi Lisan Melayu Indragiri Hulu. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau
2. Elmustian Rahmanm dkk. 2012. Ensikolpedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau
3. Hasan Junus, Zuarman, dan Drs. Fakhri. 2002. Kerajaan Indragiri. Pekanbaru: Unri Press

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *