Kunci Jawaban & Pembahasan BMR Bab 3 Kelas XII

Buku Muatan Lokal Budaya Melayu Riau (BMR) K13 untuk Kelas XII SMA/SMK/MA ditulis oleh Taufik Ikram Jamil, Derichard H. Putra, dan Syaiful Anuar. (foto: kosabudaya.id)

Mata Pelajaran: Budaya Melayu Riau (BMR)
Kelas: XII SMA/SMK/MA
Bab 3: Tunjuk Ajar Jati Diri Pergaulan di Luar Masyarakat Melayu

Soal-soal evaluasi ini merujuk kepada buku siswa Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) K13 Kelas XII.
Klik di sini untuk melihat tinjauan buku.

Bacaan Lainnya

I Pilihan Ganda
Pilihlah satu jawaban yang benar!

1. Secara etimologi, penamaan Melayu berasal dari kata mala yang berarti mula dan yu berarti…
a. tanah air
b. negeri
c. suku dan puak
d. gunung/tanah tinggi
e. daratan

Pembahasan:
Secara etimologi, penamaan Melayu berasal dari kata mala yang berarti mula dan yu yang berarti negeri. Pendapat ini berkaitan erat dengan cerita rakyat Melayu populer, Si Kelambai atau Sang Kelambai, yang mengisahkan bahwa Si Kelambai mempunyai kekuatan sehingga apapun yang disentuh atau dihuni olehnya akan mendapat keajaiban. Hal ini memberikan gambaran bahwa negeri yang mula-mula dihuni orang Melayu pada zaman purba telah mempunyai peradaban yang tinggi.

Jawaban: b. negeri

2. Hidup bagai bayam bertabur berarti hidup sesuka hati saja tanpa menghormati orang lain. Membuat rumah dalam rumah, berarti…
a. mendirikan adat yang dibawa dari luar ke dalam adat yang berlaku di suatu daerah
b. hormat dan taat kepada diri sendiri
c. saling menyayangi dan saling mencintai
d. bekerja dengan tekun di negeri orang
e. membangun rumah di tanah orang lain

Pembahasan:
Anak dagang tidak diperbolehkan seperti dalam pepatah, hidup bagai bayam bertabur yang berarti hidup sesuka hati saja tanpa menghormati orang lain, dan menjadi pantangan pada suatu negeri untuk membuat rumah dalam rumah, yang berarti mendirikan adat yang dibawa dari luar ke dalam adat yang berlaku di suatu daerah. Sifat ini akan menyebabkan berbangga diri terhadap kebesaran adat sendiri dan bersaing dengan adat masyarakat setempat.

Jawaban: a. mendirikan adat yang dibawa dari luar ke dalam adat yang berlaku di suatu daerah

3. Hakikat pakaian diri pada dasarnya adalah menyeimbangkan kehidupan kekinian dengan akhirat berdasarkan nilai-nilai asas yang berlaku di tengah masyarakat. Maksud dari kata yang bercetak miring di atas adalah…
a. modern
b. individu
c. konservatif
d. dunia
e. bermasyarakat

Jawaban: a. modern

4. Nilai-nilai luhur yang diamalkan untuk manusia yang sempurna lahiriah dan batiniah, dapat diwujudkan dalam Sifat yang Duapuluh Lima atau Pakaian yang Duapuluh Lima. Penjelasan di atas adalah pengertian dari…
a. nilai-nilai luhur
b. sopan santun adat melayu
c. norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat
d. pakaian diri
e. nilai dan norma

Pembahasan:
Tenas Effendy (2013: 95), menyebut pakaian diri dengan nilai-nilai luhur yang diamalkan untuk manusia yang sempurna lahiriah dan batiniah, yang dapat diwujudkan dalam Sifat yang Duapuluh Lima atau Pakaian yang Duapuluh Lima.  Hakikat pakain diri pada dasarnya adalah menyeimbangkan kehidupan kekinian dengan akhirat berdasarkan nilai-nilai asas yang berlaku di tengah masyarakat. 

Jawaban: d. pakaian diri

5. Terdapat 5 tingkatan emosi yang dikenal orang Melayu. Tingkat emosi yang paling baik adalah…
a. malu
b. rajuk
c. latah
d. aruk
e. amuk

Pembahasan:
Malu adalah tingkat emosi yang paling tinggi serta mulia, memiliki perasaan segan dalam melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, khawatir berbuat salah atau kurang sopan, kurang senang hati, dan sebagainya. Emosi malu menjadi pakaian utama orang Melayu yang menjadi bagian dari harga diri. Ungkapan tidak bermalu dianggaptidak punya harga diri. Malu menjadi sebaik-baik pakaian ialah budi pekerti, sedangkan muatan budi pekerti harus didasari oleh malu. Malu dipelihara dengan baik oleh pemimpin puak Melayu, pemangku adat, ulama dan tokoh tradisi.

Jawaban: a. malu

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *