Kepengarangan Sastra Melayu Riau

Nandung Inderagiri dalam suatu festival di Rengat. (foto: guruku.kosabudaya.id)

A. Pengertian
Sastra Melayu Riau merujuk kepada semua sastra berbahasa Melayu Riau yang pernah ada di sepanjang sejarah. Sastra Melayu Riau meliputi tradisi lisan (orality tradition), tradisi aksara atau tradisi tulis (literacy tradition), dan tradisi kelisanan kedua (secondary orality). Secara umum, sastra Melayu Riau dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk yaitu sastra Melayu asli, sastra Melayu klasik, dan sastra Melayu modern.

Sastra Melayu asli berkembang di perkampungan-perkampungan dengan media penyebaran secara lisan. Sastra ini disampaikan dalam siklus kehidupan orang Melayu, ritual upacara, dan pelbagai tradisi lainnya. Sastra Melayu klasik berkembang pada abad ke-7 hingga abad ke-20. Genre ini banyak dipengaruhi oleh Arab-Parsi dengan media penyebaran tertulis melalui naskah-naskah yang dapat ditemukan hingga kini. Sastra Melayu modern mulai muncul pada abad ke-20 hingga hari iniyag dipengaruhi oleh sastra Eropa dan Barat dengan media penyampain melalui tulisan. 

Bacaan Lainnya

Setiap jenis dari bentuk-bentuk sastra Melayu Riau terutama sastra Melayu asli tumbuh dan berkembang pada suatu wilayah budaya yang menjadi ciri khas dari wilayah tersebut. Sebagian jenis sastra hanya ditemukan pada satu wilayah yang tidak ditemukan pada wilayah lain. Misalnya koba hanya terdapat di Rokan, malalak di Kampar,  dan nyanyi panjang di Pelalawan.  Namun, beberapa jenis yang lain tersebar secara luas tetapi tetap menunjukan kekhasan lokalitasnya. Misalnya, nyanyian pengantar tidur berkembang luas diseluruh Riau dengan ciri khas dan penamaan yang berbeda, seperti di Rokan disebut ondua, di Inderagiri disebut nandung, di Kuantan disebut nandong, dan di Kampar disebut baghandu. Setiap nyanyain tersebut dituturkan dengan bahasa dan irama yang berbeda, tetapi dengan fungsi yang sama.

B. Genre Sastra Melayu
Secara umum, genre sastra Melayu diklasifikasikan dalam tiga kelompok besar yaitu sastra Melayu asli, sastra Melayu klasik, dan sastra Melayu modern. Ketiga bentuk ini diklasifikasikan berdasarkan asal, media, dan pengaruh. Ketiganya juga terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini.  

1. Sastra Melayu Asli 
Sastra Melayu asli berkembang di perkampungan-perkampungan dengan media penyebaran secara lisan. Sastra ini disampaikan dalam siklus kehidupan orang Melayu, ritual upacara, dan pelbagai tradisi lainnya. Genre naratif (prosa) sastra Melayu asli adalah mitos, legenda, dongeng, koba, nyanyi panjang, kayat porang, sijobang, dan lainnya, sedangkan nonnaratif (puisi) terdiri atas mantra, pantun, pepatah-petitih, pantang larang, nandung, dan genre lainnya.

a) Pepatah-petitih
Pepatah-petitih atau petatah-petitih adalah nasihat-nasihat atau pengajaran yang disampaikan dalam bentuk puisi berirama.  Lirik pepatah-petitih dituturkan dalam rangkaian lebih panjang, yang terkadang juga disisipkan pantun namun tidak menjadi struktur utama. Sastra ini dituturkan oleh orang tua kepada anak-anaknya, kakek nenek kepada cucu, ataupun orang-orang patut seperti pemuka adat, alim ulama, dan kaum cendikiawan. Petatah-petitih yang disampaikanorang tua ataupun kakek nenek biasanya dituturkan dalam lingkungan keluarga, sedangkan orang-orang patut dituturkan dalam upacara-upacara adat seperti majelis perkawinan, dan penabalan datuk-datuk adat.

Berikut contoh teks pepatah-petitih:

kalau adat ado batangkai kalau adat ada bertangkai
pusako ado batampuak pusaka ada bertampuk
kok undang ado batali kok undang ada bertali
mangobek undang jo sakato mengikat undang dengan sekata
mangobek kato jo mufokat mengikat kata dengan mupakat
itulah bonar nan dituruik itulah kebenarann yang dituruti

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *