Kearifan Hubungan Manusia dan Alam

Sungai Inderagiri (foto: guruku.kosabudaya.id)

A. Pengertian
Hubungan manusia dengan alam dalam budaya Melayu disebut hubungan interaktif dialogis atau hubungan dialog dengan alam. Hubungan ini merupakan interaksi orang Melayu dalam membaca lingkungan alamnya, mengekplorasi, menjelajahi, menelisik serta mengakrabi  dalam relasi-relasi yang saling berkaitan dan sejejar. Hasil interakhir melahirkan falsafah-falsafah yang bersemanyam dalam berbagai khasanah budaya. Landasan utama kearifan hubungan dengan alam adalah nilai-nilai Islam yang bersebati dengan kebudayaan Melayu dan menjadi tataran nilai moral tertinggi yang menjiwai nilai-nilai lainnya. 

Kearifan hubungan manusia dan alam diabadikan dalam teks-teks lisan beragam genre sastra seperti pantun, ungkapan, nandung, dan petatah-petitih. Bentuk-bentuk pengucapan ekspresif tersebut menjadi menjadi pandangan hidup dalam bentuk tunjuk ajar ataupun dasar-dasar hukum adat. Pengabadian di dalam beragam genre dimaksudkan sebagai upaya untuk memudahkan dalam penyebaran dan pewarisan, sekaligus penerapanya sebagai alat penuntun dan tata nilai. Pengabadian tersebut juga dimaksudkan sebagai kebertahahan dan eksistensi teks-teks lisan kearifan itu sendiri.

Bacaan Lainnya

NIlai-nilai hubungan manusia dan alam dipengaruhi oleh   faktor-faktor ekologis. Faktor ini dapat dilihat dari dua bentuk yaitu kepatuhan dan dialogis. Kepatuhan adalah menerima alam semesta sebagaimana mestinya, kemudian mengekpresikannya hubungan tersebut dalam falsafah-falsafah kehidupan, sedangkan dialogis adalah terbuka dan komunikatif yang terlihat dari tiga fungsi alam dalam budaya Melayu yaitu penanda eksistensi dan marwah, sumber falsafah dan dinamika kebudayaan, dan sumber nafkah

Seorang Masyarakat Adat Tiga Lorong sedang memasang bubu di Batang Inderagiri. (foto: tigalorong.id)

B. Kepatuhan
Kepatuhan dalam budaya Melayu adalah menerima alam semesta sebagaimana adanya, menafsirkan, kemudian mengekpresikan dalam berbagai ritual dan upacara ataupun pengucapan ekspresif yang menjadi tunjuk ajar kehidupan. Bentuk-bentuk interaksi ini melahirkan beragam khasanah budaya yang dapat dilihat dari dua bentuk yaitu kepatuhan referensial dan kepatuhan resiprokal.

a) Kepatuhan Referensial
Kepatuhan referensial adalah kepatuhan yang menghadirkan kebudayaan bergerak mengikuti alur ekologis. Alam sebagai ruang ekologi dengan unsur-unsur kekayaannya diposisikan sebagai subyek bukan objek, sehingga alam yang mengatur manusia, bukan sebaliknya. Hubungan ini dapat dilihat dalam ekspresi-ekspresi kebudayaan yang menampilkan penerimaan terhadap alam. Misalnya, suatu masyarakat adat memiliki hutan-tanah yang disebut hutan larangan. Hutan ini dijaga kelestariannya sebagaimana fungsi asalnya, kemudian di dalam nilai-nilai dimuliakan sebagai penyanggah negeri yang di dalamnya tersimpan marwah dan jati diri. Penempatan alam sebagai fungsi asalnya tersebut dan pemulian-pemuliaan kepada alam merupakan suatu bentuk kepatuhan referensial.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *