Bandar-bandar Lama di Riau

SMA Negeri 1 Pekanbaru (foto: budayamelayuriau.org)

1. Pekanbaru
Kota Pekanbaru pada mulanya bernama Kampung Payungsekaki. Pada 21 Rajab 1204 H bertepatan dengan 23 Juni 1784 M, Raja Muda Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di bawah pemerintahan Sultan Yahya di Siak Sri Inderapura menjadikan kampung ini  sebagai pasar yang dibuka setiap pekan (pekanan atau mingguan) yang berada di pelabuhan Kotalama. Tanggal tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar hari jadi Pekanbaru. 

2. Rengat
Kota Rengat berada di tepi Sungai Indragiri. Kota ini pada masa lampau merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Indragiri tempat Raja Narasinga bertahta. Peninggalan-peninggalan bersejarah Kerajaan Inderagiri di Kota Rengat di antaranya adalah Masjid Raya Rengat, Rumah Tinggi Kerajaan, Perigi Raja di Kuala Indragiri, makam raja-raja Inderagiri yang tersebar di Kotalama, Kampongdagang, Rantaumapesai, dan Kampongbesar. 

Bacaan Lainnya

Kota Rengat didirikan oleh Sultan Ibrahim sekaligus yang memberi nama kota itu dengan rengat. Kata ini berkemungkinan diambil dari nama pulau kecil di depan Pulau Karimun yang menjadi tempat berhenti atau berlabuh kapal yang berlayar antara Malaka ke Indragiri. Tempat ini  digunakan untuk mengambil air tawar atau tempat menghindari badai di selat Malaka.

3. Bagansiapiapi
Pada masa lampau, perairan laut sekitar Bagansiapiapi dan Bangko adalah daerah paling subur yang memiliki kekayaan ikan nomor dua di dunia setelah Bergen di Norwegia. Ikan asin, belacan (terasi) dan udang kering merupakan komoditas yang diperdagangkan hingga ke Jawa dan diekspor ke Singapura dan Malaysia. Rumah-rumah nelayan di tepi pantai seperti di Bagansiapiapi, Panipahan, Sinaboi, Sungainyamuk, Pulau Halang sekaligus menjadi sentra pengolahan ikan dan di sepanjang pelantar terhampar jemuran ikan asin atau udang kering. Bagansiapiapi juga terkenal sebagai kota pembuat kapal ikan. 

4. Pasirpengarayan
Kota ini  berada di tepian Sungai Batang Lubuh yang memiliki banyak pasir. Pasir tersebut mengandung emas sehingga banyak orang berdatangan mendulang emas atau dalam sebutan lokal dengan pengiraian emas. Lama kelamaan penyebutan itu menjadi pasir pengaraian.

5. Tembilahan 
Penduduk kota Tembilahan berasal dari berbagai etnis yang hidup sebagai petani kelapa, pedagang, ataupun nelayan. Industri minyak kelapa dan kayu berkembang pesat sehingga menjadikan kota ini semakin diminati oleh pencari tenaga kerja.

Kata Tembilahan berasal dari kata tembi dan lahan. Kata tembi diambil dari kata tambi yaitu sebutan untuk orang-orang berkulit hitam yang berasal dari India. Orang Tambi berdagang berbagai kebutuhan masyarakat. Penduduk dari daerah lain berdatang ke daerah ini untuk membeli barang-barang yang dari orang-orang Tambi. Dari situlah orang-orang mulai menamai daerah ini dengan tanbilahan dan berubah menjadi tembilahan

6. Telukkuantan
Telukkuantan dikenal dengan Kota Jalur. Kota ini berada di pinggir Batang Kuantan dan diperkirakan telah ada sejak zaman Kerajaan Kandis sekitar 1 M. Berbagai kekayaan khazanah daerah menghiasi rona kehidupan masyarakat Kuantan, misalnya randai, kayat, dan pacu jalur di Batang Sungai Kuantan. 

Penyebutan kuantan berasal dari beberapa kemungkinan. Pertama, nama kuantan berasal dari kuantan di Pahang Malaysia. Orang rantau Kuantan saat ini diperkirakan berasal dari daerah tersebut. Kedua, nama kuantan berasal dari kuantan yang berarti periuk atau tembikar dalam bahasa Banjar. Ketiga, kata kuantan berasal dari kuwakkan Tan (Singkirkan Sultan). Hal ini berdasar peristiwa ketika seorang sultan melewati batang Kuantan lalu terhalang oleh rimbunan kayu-kayu yang memenuhi Batang Kuantan. Salah seorang pengawal sultan bertanya, apakah kayu-kayu tersebut di robohkan atau di kuwakkan saja. 

7. Pelalawan
Pada awalnya, Pelalawan merupakan sebuah kerajaan yaitu kerajaan Kampar. Pada saat ibukota pindah ke Pelalawan pada 1761, nama kerajaan ini pun menyesuaikan menjadi Kerajaan Pelalawan. Kerajaan ini berada di bawah kekuasaan Sultan Siak dari Kesultanan Melaka dan Johor (1806-1811).

Sultan terakhir Kerajaan Pelalawan, Tengku Said Harun gelar Tengku Sulung Negara (Tengku Mahkota) ditabalkan pada 24 Januari 1940, menjadi Raja Pelalawan ke-10, dengan gelar Assyaidis Syarif Harun bin Hasyim Fachrudin Tengku Besar Raja Kerajaan Pelalawan. Pada tanggal 25 November 1945, Sultan Harun menyampaikan pernyataan, bahwa kerajaan Pelalawan seluruhnya menjadi wilayah Negara Republik Indonesia.

8. Bengkalis
Pada abad ke-18, Bengkalis menjadi tempat penting sebagai pusat pengumpulan bijih timah dari Pantaicermin dan Patapahan di Hulu Siak. Pusat pertukaran perdagangan dari pedalaman dengan garam, ikan kering, kain, dan lain sebagainya. Selain bijih timah, Bengkalis juga mengekspor kayu gaharu, batu geliga, madu lebah, sagu dan kapur barus yang dikumpulkan oleh orang Sakai, Akit, Hatas, dan orang Hutan dari kawasan pedalaman dan kawasan pantai yang berhampiran. Bengkalis juga dikenal sebagai pusat perdagangan kain dan candu. 

Terdapat beberapa versi asal nama Bengkalis.  Bengkalis berasal dari kata mengkal yang berarti sedih atau sebak dan kalis yang berarti tabah, sabar, dan tahan ujian. Kata ini diambil dari ungkapan Raja Kecil kepada pembantu. Versi lain, Bengkalis awalnya bernama Pulau Bangka. Konon pulau ini beralih dari pandangan mata penduduk nelayan dan kemudian dikenal dengan Pulau Bangka Beralih, lama kelamaan menjadi Bengkalih, dalam bahasa Indonesia menjadi Bengkalis.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *