Pusat-pusat Peradaban Islam di Riau

Istana Kerajaan Siak Sri Inderapura (foto: guruku.kosabudaya.id)

A. Pengertian
Pusat-pusat peradaban merupakan tempat atau wilayah yang menjadi pusat suatu pemerintahan yang berdiri pada masa setelah kedatangan Islam di Riau. Pusat peradaban ditandai dengan berdirinya kerajaan yang menguasai suatu wilayah. Berikut beberapa kerajaan dengan sistem pemerintahan Islam yang pernah berdiri di Riau.

B. Pusat-pusat Peradaban Islam
1.  Gunung Sahilan

Kerajaan Gunung Sahilan berpusat di Kenegerian Gunung Sahilan, Kampar Kiri, Kampar. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-16 selama lebih kurang 300 tahun. Sejak berdiri, Kerajaan Gunung Sahilan diperintah oleh sembilan orang raja atau sultan. Pemerintahan tertinggi berada di tangan raja yang menguasai adat (pemerintahan) dan ibadat (keagamaan). Raja adat bergelar Tengku Yang Dipertuan Besar dan raja ibadat bergelar Tengku Yang Dipertuan Sati.

Bacaan Lainnya

Wilayah Kerajaan Gunung Sahilan terbagi dalam dua wilayah adat yang disebut Rantau Daulat dan Rantau Andiko. Rantau Daulat merupakan pusat kerajaan yang berada di Kenegerian Gunung Sahilan. Wilayah ini meliputi Muara Langgai hingga ke Muara Singingi yang terdiri atas kampung Mentulik, Sungai Pagar, Jawi-Jawi, Gunung Sahilan, Subarak, Koto Tuo Lipat Kain. 

Rantau Andiko merupakan daerah kekuasaan Khalifah. Wilayah ini membentang dari Muara Sawa hingga Kepangkalan yang Dua Laras. Kampung di wilayah ini adalah Kuntu, Padang Sawah, Domo, Pulau Pencong, Pasir Amo (Gema), Tanjung Belit, Batu Sanggan, Miring, Gajah Bertalut, Aur Kuning, Terusan, Pangkalan Serai, Ludai, Koto Lamo dan Pangkalan Kapas.

Istana Kerajaan Gunung Sahilan. (foto: wikipedia)

2. Tambusai 
Kerajaan Tambusai berpusat di Negeri Dalu-dalu, Tambusai, Rokan Hulu. Raja pertama Kerajaan Tambusai adalah Sultan Mahyudin. Dalam Terombo Siri pegangan Raja Tambusai, disebutkan bahwa kerajaan Tambusan sejak berdiri diperintah 19 orang raja. 

Sultan Mahyudin dalam pemerintahannya dibantu oleh orang besar kerajaan yang terdiri dari Datuk Srimaharajo, Datuk Paduko Tuan, Datuk Temenggung dan Datuk Paduko Rajo. Setelah Sultan Mahyuddin wafat, ia digantikan oleh putranya yang bernama Jena yang bergelar Sultan Zainal.   

3.  Kunto Darussalam
Pusat Kerajaan Kunto Darussalam berada di Kotalama. Kerajaan ini sejak berdiri hingga berakhir pada 1942 memiliki delapan raja. Kedelapan raja tersebut adalah Tengku Panglima Besar Kahar Yang Dipertuan Besar (1878-1885), Tengku Syarif Yang Dipertuan Besar (1885-1895),  Tengku Ali Kasim Yang Dipertuan Besar (1895-1905), Tengku Ali Tandun Yang Dipertuan Besar (1905-1910), Tengku Ishak Yang Dipertuan Muda (1910-1921), Tengku Ali Momad Tengku Panglima Besar (1921-1925), Tengku Kamaruddin Tengku Sultan Machmud (1925-1935), dan Tengku Maali Tengku Pangeran (1935-1942). 

4. Inderagiri
Kerajaan Indragiri berpusat di Pekantua, Rengat, Inderagiri Hulu. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Keritang. Raja pertamanya adalah Nara Singa, anak raja Keritang terakhir yaitu Raja Merlang. Kekuasaan Kerajaan Indragiri meliputi Kenegerian Baturijal, sepanjang sungai Inderagiri, sungai Gangsal dan Keritang. 

Sultan Kerajaan Indragiri terakhir, Tengku Mahmud yang bergelar Sultan Mahmudsyah menyatakan bergabung dengan Indonesia. Penyatuan tersebut sebagai akhir dari Kerajaan Inderagiri.

5. Siak Sri Indrapura
Kerajaan Siak Sri Indrapura berpusat di Siak Sri Inderapura. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik pada 1723. Sebelum mendirikan Kerajaann Siak, Raja Kecik menjadi raja Johor pada 1717-1722. Ia memutuskan ke Siak setelah terjadi huru-hara di kerajaan tersebut. Raja Kecik adalah anak dari Sultan Johor yaitu Sultan Mahmud Syah II dari isterinya yang bernama Encik Pong. 

Sultan terakhir Kerajaan Siak, Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifuddin, atau Sultan Syarif Kasim II. Ia memerintah dari tahun 1908 hingga 1945. Pada masa kemerdekaan, Sultan Syarif Kasim menyatakan bergabung dengan Indonesia.

6. Pelalawan
Kerajaan Pelalawan berpusat di Pelalawan. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Pekantua, Kampar. Pada 1725, Raja Pekantua, Maharaja Dinda II memindahkan pusat pemerintahan dari Tanjungnegri ke Sungai Rasau. Setelah pemindahan, nama Kerajaan Pekantua secara resmi menjadi Kerajaan Pelalawan. 

Raja Pelalawan bergelar Maharaja Dinda Perkasa atau disebut Maharaja Lela Dipati. Gelar ini berbeda pada saat kerajaan masih berpusat di Tanjungnegri, yaitu Maharaja Dinda II. Maharaja Dinda Perkasa digantikan oleh putranya Maharaja Lela Bungsu (1750-1775 M). Pada masa ini, Kerajaan Pelalawan berkembang pesat karena hubungan perdagangan dengan Indragiri dan Jambi.  Raja terakhir adalah Syarif Harun atau Tengku Said Harun (1941–1946).

7.  Rokan IV Koto
Kerajaan Rokan berpusat di Kotalama, Rokan Hulu. Kerajaan ini diperkiran berdiri pada 1340. Raja yang memerintah adalah Yang Dipertuan Sakti Ahmad (1837-1859 M), Yang Dipertuan Sakti Husin (1856-1880 M), Tengku Sutan Zainal (1880-1903 M), Yang Dipertuan Sakti Ibrahim (1903-1942).

Keberadaan kerajaan Rokan membuat Raja Malaka tertarik untuk membangun hubungan persahabatan dan  memperistri puteri Rokan untuk dijadikan permaisuri. Kerajaan Rokan mengalami kemunduran pada abad ke-16 yang dipengaruhi oleh kekalahan Malaka oleh Portugis, dan ancaman dari Aru dan Aceh. 

6.  Rambah
Kerajaan Rambah berupusat di Pasir Pengaraiyan, Rokan Hulu. Raja yang pernah memimpin kerajaan ini adalah Tengku Muda,  Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari, Mohamad Syarif Yang Dipertuan Besar, Sultan Zainal Puan Kerajaan Rambah, Sultan Mahmud Manjang, dan Tengku Saleh Yang Dipertuan Besar Rambah.

9. Kepenuhan
Kerajaan Kepenuhan berdiri setelah kerajaan Tambusai berkembang dengan pesat. Ibu negerinya terletak di Kota Tengah. Tidak ada catatan pasti tentang waktu berdirinya kerajaan Kepenuhan. Dalam catatan tentang kerajaan Tambusai disebutkan, bahwa kerajaan Kepenuhan berdiri ketika Tambusai dipimpin oleh Sultan yang ketujuh, Sultan Duli yang Dipertuan Tua.

Jika disanding dengan kerajaan Kunto Darussalam yang didirikan pada masa Tambusai diperintah oleh raja yang ke-5, maka diperkirakan kerajaan Kepenuhan berdiri pada penghujung abad ke-19. Menurut silsilah kerajaan Kepenuhan, tercatat beberapa raja yang pernah memerintah di Kepenuhan, antara lain Sultan Sulaiman Yang Dipertuan Muda,  Yang Dipertuan Besar, Datuk Maruhum Merah Dada, Tengku Muda Sahak, Montuo Muda,  Tengku Sultan Sulaiman. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *