Soal-soal evaluasi ini merujuk kepada buku siswa Muatan Lokal (Mulok) Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) K13 Kelas XI terbitan Narawita Swarna Persada. Buku ditulis oleh Taufik Ikram Jamil, Derichard H. Putra, dan Syaiful Anuar. Klik di sini untuk melihat tinjauan buku.
Mata Pelajaran: Budaya Melayu Riau (BMR)
Kelas: XI SMA/SMK/MA
Bab 2: Kesantunan Berbahasa Melayu Riau
II Esai
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan hubungan bahasa dalam kebudayaan Melayu secara filosofis?
Jawaban:
hendak mengenal orang berbangsa (berbangsa: berderajat tinggi)
lihatlah kepada budi bahasa
2. Jelaskan mengapa orang Melayu lebih cenderung menggunakan kiasan dalam berbahasa?
Jawaban:
Orang Melayu untuk menyampaikan pemikirannya selalu memakai pelambangan. Mereka tidak langsung menyebutkan sasaran terhadap objek pikiran. Hal ini ada hubuangnnya dengan sifat pemalu serta ragam emosi yang suka menghindar dari pertikaian. Jika dikatakan secara langsung, dikhawatirkan menyinggung perasaan.
3. Bagaimana bentuk kesopanan berbahasa orang Melayu?
Jawaban:
Di dalam adat dan budaya Melayu, pemakaian bahasa dibedakan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. bahasa mendaki, digunakan oleh orang muda terhadap orang yang lebih tua, atau orang yang lebih rendah kedudukannya terhadap orang yang lebih tinggi kedudukannya;
2. bahasa mendatar, digunakan antara sama sebaya, atau yang berkedudukan setara;
3. bahasa melereng, digunakan kepada semenda;
4. bahasa menurun, digunakan oleh orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya, terhadap yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya.
4. Jelaskan sistem sapaan orang Melayu dalam kekerabatan?
Jawaban:
Secara umum, sistem sapaan hampir sama di seluruh wilayah budaya Riau, dengan perbedaan yang berkaitan dengan pelafalan. Misalnya, anak pertama dipanggil long atau sulung, anak kedua ngah/ongah, anak ketiga udo, anak keempat cik, dan yang bungsu dipanggil cu/ucu/onsu. Setiap panggilan biasanya ditambah dengan penyebutan ciri-ciri fisik orang yang bersangkutan, misalnya cik itam jika cik itu ‘berkulit hitam’, ngah utih/putiah jika ngah tersebut ‘berkulit’ putih, cu andak/pandak jika ucu orangnya pendek, cik unggal jika si buyung itu anak tunggal dan sebagainya. Jika menyapa orang yang tidak dikenal atau yang baru dikenal, dipanggil dengan sapaan abang, kakak, dek, atau nak.
5. Tuliskan ungkapan Melayu yang berkenaan dengan kesantunan berbahasa?
Jawaban:
Terdapat beberapa ungkapan yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa, yaitu:
Di dalam Tunjuk Ajar Melayu
Santun berbicara, berkira-kira
Santun bercakap, ingat mengucap
Santun berkata, berbudi bahasa
Santun berbincang, tahu menjaga perasaan orang
Santun bertutur, berlidah lembut dan teratur
Santun berbahasa, tersusun kata
Santun berujar, mau mendengar
Santun menyanggah, tidak menyalah
Santun menasihati berhati-hati
Santun menegur, menurut alur
Santun berseloroh, dengan senonoh
Santun bermusyawarah tahu menengo benar dan salah
Santun berunding, kedua pihak sama sebanding
Santun marwah menjaga marwah
Santun memuji setulus hati
Santun berdebat, bercakap jangan bersecepat
Di dalam Gurindam Duabelas
Hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi dan bahasa
Perkataan yang lemah lembut
di situlah banyak orang mengikut
Santun bermajelis
kata-kata buruk harus ditepis
Rujukan:
Taufik Ikram Jamil, Derichard H. Putra, dan Syaiful Anuar. 2020. Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) K13 Kelas XI. Pekanbaru: Narawita Swarna Persada.