Batang Sialang

Batang Sialang (foto: guruku.kosabudaya.id)

Kedua, menyatakan bahwa nama sialang tidak merujuk pada pohon tertentu. Pengertian ini yang banyak dipakai di Sumatera, khususnya di wilayah berbahasa Melayu. Nama sialang adalah nama yang umum dipakai semua pohon yang dapat menjadi tempat sarang lebah, jadi dalam kenyataan sialang berarti “Pohon Lebah”. Di antara jenis-jenis pohon itu, Skeat menyebutkan pohon Pulai dan pohon Kompas. Pohon sialang secara umum merujuk pada pohon-pohon yang tingginya kadang mencapai 50 meter, yang paling menyolok dibandingkan dengan pohon-pohon lain di sekitarnya. Umumnya pohon sialang memiliki daun-daun kecil yang halus, batang yang lembut, dan tumbuh di puncak sebuah bukit.

Pohon-pohon ini sangat berharga karena menjadi rumah bagi sarang lebah dan bisa memuat sampai 200 sarang, yang masing-masing dapat menghasilkan sampai 26 kilogram madu. Dengan panen sekali setahun, sebatang pohon sialang dapat menghasilkan sampai 5.000 kilogram madu per tahun. Setelah dipanen, lilin lebah dari sarang lebah dikirim ke tempat-tempat yang membuat lilin dan kain batik, sedangkan madunya dipakai untuk bahan obat dan makanan. Pengumpulan madu dan lilin lebah, serta pemeliharaan sialang, juga memerlukan pengetahuan khusus, yang dipakai oleh warga untuk kepentingan kemakmuran ekonomi mereka.   

Bacaan Lainnya

Pengumpulan madu dan lilin lebah dari batang sialang menjadi salah satu aktivitas ekonomi utama orang Petalangan di masa lalu dan memiliki keterkaitan dengan spiritual. Jika panen, orang Petalangan harus mempersembahkan madu dan lilin lebah kepada raja Siak atau wakilnya, di bawah aturan perdagangan serahan, untuk ditukar dengan besi, garam, atau kain. Untuk mengambil madu dari pohon sialang, orang Petalangan melakukan ritual yang disebut menumbai. Sialang juga menjadi lambang penting dalam beberapa ritual pengobatan, misalnya, dalam dikei pada orang Sakai.

C. Sialang Muda
Sialang muda adalah pohon yang akan menjadi batang sialang. Sialang muda belum mendapat sarang lebah sehingga tidak menghasilkan madu. Sialang ini dipersiapkan oleh calon pemilik batang sialang dengan merawat dan menjaganya kelestariannya. Perawatan meliputi membersihkan pangkal sialang dari semak-semak dan batang sialang dari akar dan semut, menjaga keragaman jenis pohon yang terdapat di rimba kepungan sialang, sedangkan pelestarian yaitu menjaga anak-anak Sialang Muda dari penebangan dan kepunahan.

Sialang Muda (foto: guruku.kosabudaya.id)

Pada masa lalu, pangkal sialang muda disiram dengan air intan, yaitu air yang telah direndamkan lebih dahulu intan di dalamnya. Air intan diharapkan memberi simbol sebagai air yang bercahaya. Air itu disiramkan dengan gerak tangan dari bawah ke atas. Penyiraman air intan bertujuan sebagai daya tarik lebah, sebab kayu itu “diibaratkan” telah bercahaya. Masyarakat mempercayai, lebah menyukai sesuatu yang bercahaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *