Jati Diri Pergaulan di Luar Masyarakat Melayu

Mengunjungi Mertuah dalam upacara perkawinan Melayu Riau. (foto:guruku.kosabudaya.id)

3. Bahasa Melayu
Berbahasa Melayu adalah memaknai nilai-nilai dan kaidah-kaidah moral di dalam bahasa Melayu. Nilai-nilai dan kaidah-  Bahasa Melayu selalu dikaitkan dengan budi sehingga sering disebut budi bahasa. Sebutan ini juga selaras dengan peribahasa bahasa menunjukkan bangsa yang bermakna sifat dan tabiat seorang dilihat dari tutur kata dan bahasa. Bangsa di dalam ungkapan ini berarti orang baik-baik, orang berbangsa, ataupun orang yang berderajat. Orang yang mempunyai kedudukan tinggi (derajat) tentu akan berbahasa pada patutnya.

 Salah satu betuk penerapan kesantunan berbahasa adalah penggunaan empat tingkatan berbahasa yang terdapat di dalam budaya Melayu Riau. Keempat tingkatan tersebut adalah bahasa mendaki, bahasa melereng, bahasa mendatar, dan bahasa menurun

Bacaan Lainnya

Di dalam tunjuk ajar dijelaskan sebagai berikut:

Yang disebut adat berbahasa:
tahu alur dengan patutnya 
tahu memilih kata mendaki 
tahu menyebut kata melereng
tahu memakai kata mendatar 
tahu menyimak kata menurun

C. Jati Diri Anak Dagang
Di dalam tradisi Melayu, seseorang yang hendak pergi merantau (anak dagang), maka orang tuanya memberi nasihat yang disebut petuah melangkah atau pesan langkah. Nasihat ini bertujuan membekali diri ketika berada di negeri orang. Kandungan petuah melangkah seperti disebutkan di dalam tunjuk ajar berikut:

apalah adat orang menumpang:
berkata jangan sebarang-barang
berbuat jangan main belakang
adat-istiadat lembaga dituang
dalam bergaul tenggang menenggang

kalau rumah tidak berjantan
masuk rumah engkau pantangkan
kalau singgah ada adatnya
sebelah kaki di tangga
sebelah lagi dibendul muka
jangan dilangkahi bendul yang ada

kalau tertempuh tepian orang
dahulukan sampai kemudian tiba
esa batuk dua berdaham
takik kayu boleh ditengadah
gores tanah boleh ditengkudau

kalau ananda mencari kawan
carilah kawan timbalan mati
budi elok dan lurus hati
tiada berhitung untung dan rugi
(Tenas Effendy, 2015)

Nilai-nilai jati diri sebagai anak dagang berpegang pada ungkapan berikut:

Pakai olehmu adat merantau:
di mana bumi dipijak
di sana langit dijunjung
di mana air disauk
di sana adat patuh
di mana nasi dimakan
di sana adatnya dimuliakan

Ungkapan ini bermakna seseorang yang tinggal dan menetap sebagai anak dagang (perantau) di negeri orang, hendaklah ikut membangun negeri tersebut, dan menghormati adat istiadat yang berlaku. Anaka dagang yang tidak mentaati adat negeri yang didatangi, dalam ungkapan disebut sebagai hidup bagai bayam bertabur. Ungkapan ini bermakna hidup sesuka hati tanpa menghormati orang lain.

Seorang anak dagang tidak boleh membuat rumah dalam rumah, yang bermakna mendirikan adat yang dibawa dari luar ke dalam adat yang berlaku di suatu negeri. Seseorang yang melakukan ini masih terjebak dalam primodialisme yaitu orang yang berbangga dengan kebudayaan sendiri dan menggap kebudayaan orang lain tidak perlu dihormati.

Dalam ungkapan, dijelaskan sebagai berikut:
tepian ada bahasanya
tebing ditingkat dengan undang
negeri dihuni dengan lembaga
kampung dikungkung dengan adat
kayu besar berkayu kecil
kayu kecil beranak laras

laut seperintah raja
rantau seperintah datuk
luhak seperintah penghulu
ulayat seperintah batin
anak rumah tangga rumah

Salah satu bentuk menjunjung adat setempat adalah melaksanakan tradisi masuk suku atau mengaku induk. Tradisi ini bertujuan untuk mencari keluarga sebagai tempat menumpang dan bergaul. Masuk suku atau mengaku induk diungkapkan di dalam pantun lama berikut ini:

kalau anak pergi ke pekan
yuk beli belanak beli
lkan panjang beli dahulu
kalau anak pergi berjalan
ibu cari sanak pun cari
induk semang cari dahulu

Rujukan:
Derichard H. Putra, dkk. 2024. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas XI. Pekanbaru: Penerbit Narawita
Tenas Effendy. 1991. Adat Istiadat dan Upacara Perkawinan di Bekas Kerajaan Pelalawan. Pekanbaru: Lembaga Adat Daerah Riau.
TIM LAMR. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Budaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *