Kearifan Hubungan Manusia dan Alam

Sungai Inderagiri (foto: guruku.kosabudaya.id)

Bentuk lain dari kepatuhan referensial dapat lihat dari pelaksaaan berbagai ritual dan upacara yang berkaitan dengan alam misalnya manumbai, semah laut, turun ladang, dan lainnya. Pada upacara menumbai, orang Melayu tidak melukai lebah yang melindungi madu di sarangnya. Lebah diibaratkan sebagai seorang seorang gadis yang patut dijaga dan disanjung dengan bujuk rayu melalui mantra-mantra pengasih.

Kepatuhan referensial menciptakan penghormatan-penghormatan orang Melayu terhadap pemanfaatan alam. Kepatuhan tersebut juga menghadirkan dua bentuk kesadaran yaitu kesadaran mahkluk dan masa depan. Kesadaran mahkluk dapat dilihat pada tunjuk ajar berikut:

Bacaan Lainnya

Tanda ingat kepada Tuhan
Menjaga alam ia utamakan
Apa tanda hidup beriman

Tahu menjaga kampung halaman

Kesadaran akan masa depan dapat dilihat pada tunjuk ajar berikut:

Tanda ingat ke anak cucu
Merusak hutan hatinya malu
Tanda ingat ke hari tua
Laut dijaga, bumi dipelihara

b) Kepatuhan Resiprokal
Kepatuhan resiprokal adalah kepatuhan yang bersifat saling berbalasan. Kepatuhan ini mewujud dalam bentuk eksplorasi, menyelisik, membaca, dan mengakrabi alam, serta memposisikannya sebagai subyek tempat berbagi kognisi (pengalaman/pengetahuan). Hasil kognisi kemudian diungkapkan dalam berbagai bentuk khasanah budaya seperti pantun, syair, nandung, dan petatah-petitih. Kehadiran khasanah budaya tersebut merepresentasikan hubungan harmonis manusia dan alam dalam wujud sumber-sumber tunjuk ajar yang menjadi falsafah (pandangan hidup/penuntun) orang Melayu. Falsafah tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga bagi alam.

Kepatuhan resiprokal mengubah alam dari ruang ekologi menjadi pandangan hidup. Hal-hal yang terkandung ataupun terjadi pada alam tidak saja dianggap sebagai kejadian alamiah, tetapi menjadi penuntun jalan kehidupan manusia yang diungkapkan dalam falsafah adat alam terkembang jadi guru. Contoh kepatuhan resiprokal dapat diliihat dari pepatah-petitih yang menjadi inspirasi terbentuknya hukum-hukum komunal yang melahirkan kepiawaian lokal dalam memaknai prinsip hidup dan filosofi kehidupan.

Tunjuk ajar menyebutkan sebagai berikut:
apabila hidup hendak senonoh
hutan-tanah dijadikan contoh
apabila hidup hendak selamat
hutan-tanah jadikan ibarat
apabila hidup hendak berilmu
hutan-tanah jadikan guru
apabila hidup hendak terpuji
hutan-tanah disantuni.
orang Melayu itu berakal
bila duduk duduk berguru
bila tegak tegak bertanya
bila merantau mencari ilmu
bila berjalan mencari teladan
bila berkayuh mencari contoh
bila ke darat mencari ibarat
bila ke laut mencari yang patut
bila ke tengah mencari yang semenggah
bila ke tepi mencari yang berbudi
bila ke hulu mencari yang tahu
bila ke hilir mencari yang mahir

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *