Kepengarangan Sastra Melayu Riau

Nandung Inderagiri dalam suatu festival di Rengat. (foto: guruku.kosabudaya.id)

b) Onduo
Onduo adalah  nyanyian pengantar tidur anak di lingkungan masyarakat Melayu Rokan. Lirik onduo berirama syahdu yang melenakan sehingga membuat anak-anak tertidur. Lirik pada umumnya berbentuk pantun dan syair yang berisikan nasihat dan tunjuk ajar, serta kerinduan dan kasih sayang. Lirik-lirik tersebut merupakan harapan dan doa untuk anak yang ditimang dan juga bermanfaat bagi orang lain yang mendengarnya.

Onduo dituturkan oleh seorang perempuan sewaktu menidurkan anak dalam buaian. Perempuan tersebut misalnya ibu, bisa juga kerabat pengasuh si anak, seperti kakak, nenek, dan makcik. Pada perkembangan berikutnya, onduo ditampilkan dalam upacara-upacara tertentu misalnya turun mandi. Satu di antara irama onduo yang terkenal adalah Onduo Ulakbosa yang berkembang di Kampung Ulakbosa yang terdapat di Rokan Hilir.

Bacaan Lainnya

2. Sastra Melayu Klasik
Sastra Melayu klasik berkembang pada abad ke-7 hingga abad ke-20. Genre ini banyak dipengaruhi oleh Arab-Parsi dengan media penyebaran tertulis melalui naskah-naskah yang dapat ditemukan hingga kini. Contoh genre naratif sastra klasik Melayu misalnya  hikayat, syair naratif, cerita berbingkai, zikir (dikir gebano atau dikir berdah), sedangkan genre nonnaratif atau puisi misalanya syair, gurindam, nazam, dan juga ada pada zikir gebano.  

a) Hikayat
Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti  memberitahu atau menceritakan. Hikayat pada umumnya mengisahkan tokoh sejarah, seperti “Hikayat Iskandar Zulkarnain”, “Hikayat Sultan Ibrahim ibn Adham”, “Hikayat Muhammad Hanafiyya”, “Hikayat Hatim Tai”, “Hikayat Syeh Abdul Kadir Jilani”, dan “Hikayat Nabi.” Judul dalam katalog naskah Melayu lebih kurang sepertiganya ditemukan berawal dengan kata hikayat. Ini menunjukkan besarnya jajaran naskah oleh penulis Melayu dianggap masuk dalam kategori ini. 

Beberapa hikayat menceritakan episode tunggal dalam kehidupan manusia, misalnya, “Hikayat Bulan Berbelah”, “Hikayat Nabi Mikraj”, “Hikayat Siti Fatimah berkahwin dengan Ali”, “Hikayat Fatimah Berkata-kata dengan Pedang Ali”, dan “Hikayat Nabi Musa Munajat. Beberapa kisah hikayat mengenai burung dan hewan yang bertingkah laku sebagai manusia, misalnya “Hikayat Pelanduk Jenaka” dan “Hikayat Khoja Maimun”atau “Hikayat Bayan Budiman”.

b) Syair
Syair berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata syi’r atau su’ur yang berarti perasaan. Dalam bahasa Melayu penggunaannya hanyalah sebagai istilah teknik. Syair Melayu tidak mengacu kepada syi’r atau su’ur Arab atau puisi Arab-Parsi tetapi adalah ciptaan asli masyarakat Melayu.

Variasi bentuk syair membuktikan bahwa syair tidak terbatas kepada satu bentuk saja walaupun bentuk empat baris serangkap dengan rima a/a/a/a lebih luas digunakan. Satu rangkap syair merupakan satu kesatuan ide untuk membina suatu media yang lengkap, sesuai dengan isi dan tujuannya. Satu rangkap syair perlu diikuti oleh rangkap-rangkap yang lain. Isi sebuah syair umumnya adalah cerita yang panjang atau penerangan yang jelas tentang sesuatu berupa nasihat, falsafah, agama dan sebagainya. 

3. Sastra Melayu Modern
Sastra Melayu modern mulai muncul pada abad ke-20 hingga hari ini. Sastra ini dipengaruhi oleh sastra Eropa dan Barat dengan media penyampain melalui tulisan. Genre naratif sastra Modern adalah cerpen, roman, dan novel, sedangkan genre nonnatif (puisi) misalnya puisi-puisi terikat, soneta, dan puisi bebas.

C. Tokoh Pengarang Melayu Riau
Tokoh-tokoh pengarang Melayu umumnya hanya dikenal pada sastra Melayu modern, dan sebagian sastra Melayu klasik. Tokoh-tokoh pengarang sastra Melayu asli lebih sering tidak dikenal sehingga disebut anonim. Berikut senarai beberapa tokoh pengarang sastra Melayu Riau.

1. Raja ALi Haji
Karya Raja Ali Haji yang fenomenal adalah “Gurindam Dua Belas” yang dipelajari hingga kini. Karya ini dibaca dan dibahas dalam pelajaran sastra dan budaya Melayu Riau di sekolah-sekolah tingkat SD hingga SMA. Karya lain Raja Ali Haji adalah “Bustanul Katibin” (1850) dan “Kamus Pengetahuan Bahasa” (1858). “Bustanul Katibin” berisi aturan ejaan huruf Arab- Melayu dan deskripsi tata bahasa Melayu dengan model tata bahasa Arab, sedangkan kitab “Pengetahuan Bahasa” berisi tata bahasa Melayu dan kamus ensiklopedis monolingual Melayu pertama yang tidak disusun secara alfabetis,

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *