Keragaman Upacara Adat Melayu Riau

Mandi Damai dalam upacara pernikahan Melayu Riau. Gambar diperagakan model dalam Seminar Upacara Adat Melayu Riau.(foto: kosabudaya.id)

b) Upacara Kelahiran
Upacara dalam kelahiran meliputi menanam ari-ari, tanggal pusat, sunat rasul anak perempuan, bertindik, dan turun mandi

(1) Menanam Ari-ari 
Menanam ari-ari (menguburkan) dilaksanakan setelah masa persalinan. Ari-ari atau sering juga disebut kakak bayi, dikuburkan dengan tata cara tertentu dengan maksud sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran bayi dan juga sebagai tanggung jawab atas seorang anggota keluarga yang baru.

Bacaan Lainnya

(2) Tanggal Pusat 
Upacara tanggal pusat dilakukan setelah pusat bayi terlepas (tanggal). Waktu pelaksanaan upacara sekitar tiga hingga tujuh hari setelah kelahiran atau berdasarkan cepat atau lambatnya pusat terlepas. Upacara dilaksanakan dengan kenduri menjemput sanak keluarga, tetangga, dan anak-anak di sekitar rumah. Mengumpulkan anak-anak dimaksudkan sebagai kegembiraan dan harapan agar kelak sang anak disenangi di tengah masyarakat, murah hati, dan suka membantu orang lain.

(3) Sunat Rasul Anak Perempuan 
Sunat merupakan syariat Islam yang harus dipenuhi seorang muslim, tidak terkecuali bagi perempuan. Sunat dilakukan oleh bidan sebelum anak berusia 40 hari, sedangkan pada anak laki-laki dilaksanakan pada masa kanak-kanak. Pelaksanaan sunat anak perempuan umumnya tidak dirayakan seperti halnya pada anak laki-laki.

(4) Bertindik
Bertindik hanya dilakukan pada anak perempuan. Upacara ini biasanya dilaksanakan setelah tujuh hingga 40 hari setelah kelahiran. Pada usia tersebut, piti-piti (cuping/daun telinga) masih lembut dan lebih cepat sembuh. Saat ini tradisi tindik tidak lagi tergantung dari waktu dan umur si anak. Beberapa remaja putri, ada sebagian dari mereka belum bertindik, dan biasanya dilakukan berdasarkan keinginan sang anak atau ketika telah memiliki anting. Tradisi bertindik awalnya dilakukan oleh dukun yang membantu persalinan. Alat-alat yang digunakan biasanya berupa jarum tindik, benang, dan minyak kunyit. Jarum digunakan untuk menindik telinga si anak, setelahnya dimasukan benang agar telinga yang telah di tindik tidak menyatu lagi. Minyak kunyit berfungsi agar telinga si anak tidak infeksi.

(5) Turun Mandi
Upacara ini dilaksanakan setelah 45 hari masa kelahiran yang bertujuan bahwa sang bayi dan ibu telah selesai melalui masa berpantang dan bersiap memasuki kehidupan yang lebih mulia. Terdapat rangkaian kegiatan yang meliputi upacara cukur rambut, akikah, pemberian nama bayi, dan timbang utang atau membayar utang ke bidan. 

c) Akil Balig 
(1) Sunat Rasul Anak Laki-laki
Perayaan sunat rasul dapat dilakukan dalam berbagai cara, namun tujuan utama adalah untuk memenuhi sunah sebagaimana yang diperintahkan rasul. Selain itu, bersunat juga menyucikan anak yang akan memasuki masa remaja. 

(2) Mengasah Gigi
Mengasah gigi dilakukan oleh anak gadis dan bujang yang memasuki usia balig. Namun, lebih umum dilakukan oleh anak gadis. Upacara ini bertujuan untuk meratakan dan merapikan gigi agar wajah terlihat berseri. Selain itu, mengasah gigi juga dimaksudkan sebagai pertanda bahwa sang anak kini telah berada pada masa balig dan bersiap memasuki masa dewasa. 

Mengasah gigi pada masa kini sudah jarang dilaksanakan.Hal ini disebabkan sebagian ulama berpandangan bahwa kegiatan tersebut dilarang dalam syariat.

d) Pernikahan
(1) Mendengar-dengar
Mendengar-dengar merupakan usaha pihak laki-laki untuk mengetahui seorang gadis yang akan dipinang. Proses mendengar-dengar dilakukan oleh famili perempuan pihak laki-laki melalui famili perempuan dari seorang gadis. Mendengar-dengar biasanya dilakukan di sela-sela aktivitas sehari-hari atau saat perayaan-perayaan tertentu misalnya saat batobo, pesta pernikahan, atau saat mencuci di sungai. Hal yang didengar adalah apakah gadis tersebut telah siap berumah tangga atau telah didekati oleh keluarga yang lain. 

Di beberapa wilayah lain di Riau, mendengar-dengar juga dikenal dengan sebutan bual-bual di air, suluk-suluk air, mengintip, atau sisik-risik cari kutu. Penamaan tersebut berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan, sehingga mendengar-dengar merupakan tahap awal yang dilakukan secara tidak resmi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *