Seni Pertunjukan Koba

Pertunjukan koba. (foto: guruku.kosabudaya.id)

Koba Gadih Mudo Cik Nginam. Koba ini dikenal juga dengan Koba Mudo Cik Leman. Koba ini bersifat pelipur lara, namun mempunyai hubungan legenda dan mitos yang sangat kuat. Cerita ini disusun dalam bentuk bahasa puisi dan dinyanyikan.

Koba Gadih Weno Bungo. Koba ini mengisahkan Bujang Jumilun  yang hendak meminang Gadih Weno Bungo. Gadih Weno Bungo mau menerima dengan syarat BJ harus memberinya kancah (kuali besar) berkerawang air setitik tidak jatuh,pisau berhulu mayang dan pandai bergenggong,murai pandai bercerita, dan beruk pandai berkecapi. Ketika Bujang Jamilun mencari persyaratan tersebut datanglah si Kotok Ombau  sahabatnya mengajak untuk bertukar pakaian dan cincin. Sepeninggal Bujang Jamilun mencari syarat-syarat tersebut, pergilah Kotok Ombau menyamar menjadi Bujang Jamilun dan berangkat ke rumah Gadih Weno Bungo. Bujang Jamilun merasakan firasat kalau sahabatnya mengkhianatinya. Pergilah Bujang Jamilun ke rumah Gadih Weno Bungo. Terjadilah perkelahian antara Bujang Jamilun dengan Kotok Ombau. Akhirnya, Kotok Ombau mati di tangan Bujang Jamilun.

Bacaan Lainnya

Koba Hitam Manih. Mengisahkan perjalanan Hitam Manih dengan Si Tampuk Pinggang dengan bekal pais dedak dan pucuk pakis. Penat berjalan, sampailah ke Negeri Tanjung Bungo. Orang di Negeri Tanjung Bungo sedang berhelatkan Raja Tanjung Bungo, yang bernama Mogek Cahayo Bungo, anak Datuk Rajo Bosa dan Puti Lindung Bulan. Waktu itulah tampak oleh Mogek gadis Si Hitam Manih. Selanjutnya, Mogek berusaha merebut hati gadis tersebut dengan sejumlah cara dan mengatasi berbagai rintangan.

Koba Malin Deman. Koba ini mengisahkan tentang keluarga Tuanku Ajo Tuo dan Puti Mayang Sari di Banda (Bandar) Mua yang sudah lama menikah tidak juga dikaruniai anak. Namun atas karunia Yang Kuasa keluarga ini memperoleh anak yang diberi nama Malin Deman, dengan harapan setelah besar menjadi orang yang malin (taat kepada agama). Pada umur 15 hari diadakanlah upacara turun mandi, namun apa daya anak tersebut meluncur ke dalam sungai dan hilang. Ajo Mudo yaitu adik Tuanku Ajo Tuo pergi menjala dengan jolo suto (jala sutera), maka ditemukanlah Malin Deman dalam jala tersebut. Malin Deman tumbuh dengan baik dan akhirnya menikah dengan seorang putri dari kayangan.

Koba Mogek Manandin. Mengisahkan tentang peristiwa memperebutkan Puti Golang Banyak.

Koba Jumang Mat Sodin.Mengisahkan tentang Jumang Mat Sodin dibunuh sampai tujuh kali oleh bapaknya namun selalu hidup kembali. Jumang Mat Sodin dibunuh karena punya tuah selilit pinggang, tapi celaka di ibu jari kaki.

Koba Panglimo Awang. Koba ini mengisahkan tiga beradik, bernama Panglimo Nayan, Panglimo Awang, Panglimo Komih. Mereka anak-anak raja Negeri Ledong. Suatu malam, lewat mimpi, Panglimo Nayan diperintahkan nenek-moyangnya menikah dengan anak-mamaknya di Negeri Mua, yang bernama Gadih Kainam. Tapi Gadih Kainam sudah bertunangan dengan Ongku Rajo Sulong, lelaki perkasa tapi buruk rupa, yang memaksa orang tua Gadih Kainam menunangkan mereka. 

Panglimo Nayan bersama saudara-saudaranya kemudian berlayar ke Negeri Mua, berpapasan dengan Ongku Rajo Sulong yang sedang mencari syarat-syarat perkawinan yang diminta oleh Gadih Kainam. Syarat-syarat perkawinan yang diminta oleh Gadih Kainam ternyata lebih dulu didapat oleh Panglimo Nayan. Keduanya kemudian menikah di Negeri Mua, sedangkan Ongku Rajo Sulong bersedih hati dan memupuk dendam terhadap rombongan dari Negeri Ledong ini.

Beberapa lama setelah kembali ke Negeri Ledong, Panglimo Awang berhasrat pula hendak menikah dengan seorang gadis di Negeri Galang, bernama Anggun Cik Suri. Rupanya, setelah gagal mendapatkan Gadih Kainam, Ongku Rajo Sulong bergeser ke Negeri Galang, memaksa Anggun Cik Suri bertunangan dengannya. Mengetahui hal itu, Panglimo Awang justeru semakin kuat hasratnya pada gadis itu. 

Maka mereka bertolak ke Negeri Galang meminang Anggun Cik Suri. Kali ini Ongku Rajo Sulong tidak tinggal diam. Perkelahian tak terelakkan. Ongku Rajo Sulong berhasil membunuh Panglimo Nayan dan Panglimo Awang. Tetapi dengan tipu-muslihat, dia justru dibunuh oleh si bungsu yang bernama Panglimo Komih. Setelah Ongku Rajo Sulong mati, Panglimo Nayan dan Panglimo Awang dihidupkan kembali oleh penguasa kayangan bernama Tuk Syaikh Panjang Ganyuik. Akhirnya, Panglimo Awang dan Anggun Cik Suri menikah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *