Makan Berhidang Melayu Riau

Makan berhidang harian. (foto: jadesta.kemenparekraf.go.id)

1.   Peralatan Makanan
Peralatan penyanyian makan meliputi seluruh peralatan yang digunakan saat pelaksanaan makan berhidang. Berikut peralatan yang digunakan dalam penyajian makan berhidang.

• Dulang. Dulang berfungsi sebagai tempat meletakan makanan atau menghantarkan makanan dari dapur ke tempat penyajian. Makanan yang telah diletakan di atas dulang, ditutup dengan tujung saji. Dulang biasanya terbuat dari perunggu, kuningan, ataupun seng berbentuk bundar.

Bacaan Lainnya

• Piring sambal. Piring sambal digunakan untuk menempatkan sambal dan lauk-pauk seperti gulai dan sayur.

• Piring makan. Digunakan sebagai tempat nasi. Pada makan berhidang dalam upacara adat, sebagian tidak menggunakan piring makan.

•  Piring kecil. Berukuran sedikit lebih kecil dari piring makan, digunakan sebagai wadah makanan selingan seperti penganan dan ulam.

• Gelas minum. Gelas yang dipakai sebagai tempat air minum.

• Mangkuk basuh tangan. Digunakan sebagai tempat mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

2. Penyajian Makanan
Penyajian makan berhidang dimulai dengan menyiapkan makanan yang dilakukan oleh kaum perempuan, dan yang menghidangkan dilakukan oleh kaum laki-laki. Makanan diletakan di dalam peralantan makan, kemudian disusun di atas dulang. Saat makan berhidang harian, makanan dikeluarkan dari dulang dan diletakan dihadapan anggota keluarga. Pada berhidang dalam upacara adat, makanan dikeluarkan dari dulang dan disusun memanjang di hadapan jemputan. Sebagian makan berhidang pada uparaca adat tidak mengeluarkan makanan dari dulang, tetapi makan bersama-sama di atas dulang tersebut.

Saat menghidangkan makanan, hidangan  pertama adalah air minum yang telah dituangkan ke dalam gelas, kemudian secara berurutan diikut nasi puti, piring makan, lauk-lauk termasuk sayur dan lalap,  kemudian ditutup dengan air basuh tangan. Penyajian air putih terlebih dahulu dimaksudkan sebagai penghilang haus. Diikuti penyajian nasi putih sebagai simbol kebekahan dan rezeki.

3. Menyantap Makanan
Dalam hidangan harian, menyantap hidangan dimulai dari yang tua, kemudian diikuti oleh yang lebih mudah. Pada upacara adat, hidangan disantap setelah dipersilahkan oleh penghulu atau tengganai rumah.

Sebelum memulai menyantap hidangan, tangan harus dibasuh terlebih dahulu di mangkuk basuh tangan. Penyendukan makanan ke piring makan dimulai dari nasi, lauk-pauk, sambal, dan sayuran. Saat penyendukan tidak dibenarkan berbunyi antara senduk dan mangkuk. Penyendukan harus dimulai dari pinggir makanan, dan tidak dibenarkan mengambil dari tengah atau menuangkan langsung ke piring makan.

Pada saat menyantap makanan, piring nasi tetap dibiarkan di lantai, dan tidak dibenarkan diangkat. Pada saat minum, jika makan menggunakan tangan, maka gelas minum diangkat menggunakan tangan kiri, namun jika menggunakan sudu, minuman gelas tetap menggunakan tangan kanan.

C. Adab Menghadap Makanan
Sejak zaman dahulu, orang Melayu menyantap makanan bersama keluarga dengan duduk bersila di lantai. Makanan dihidangkan di atas dulang atau di atas tikar dan ditutup dengan tudung saji.  Penyajian makanan tersebut merupakan ceriminan sifat sederhana, yang dijelaskan dalam tunjuk ajar Melayu:

makan jangan menghabiskan
minum jangan mengeringkan

Pada ungkapan lain juga dijelaskan:

makan jangan kenyang seorang
ingat-ingat penderitaan orang

Nilai-nilai menghadap makanan diatur mulai dari tata cara pengolahah, penyajian, dan penyantapan. Pada saat pengolahan seperti hewan, harus diperlakukan sebagai mana syariat Islam. Saat mengolah ikan, harus di potong miring dan tidak dipotong lurus. Pemotongan lurus hanya diperuntukan sebagai umpan memancing atau menajur.

Pada saat penyajian, makanan dan minuman tidak boleh dilangkahi ataupun memegang ujung mulut dari mangkuk  atau gelas.  Hal ini akan menyebabkan seseorang yang akan menyantap makanan merasa jijik dan penyaji makanan dipandang tidak iklas.

Pada saat makan bersama dalam suatu upacara adat, seseorang yang lebih dahulu selesai makan tidak baik meninggalkan majelis sebelum semua orang selesai makan. Setelah selesai menyantap makanan, diharuskan mengucapkan syukur kepada Allah Swt.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *