Makanan Tradisi pada Upacara Adat Melayu Riau

Makan Berhidang dalam upacara perkawinan (foto: guruku.kosabudaya.id)

1. Makanan Utama
Makanan utama berupa nasi putih, nasi lemak (nasi kuning), atau pulut putih yang disertai dengan lauk pauk yakni gulai atau kari, dan rendang.
a)    Gulai atau Kari
Gulai atau kari adalah jenis masakan yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah bumbu seperti cabai, bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, halia, asam, lengkuas, ketumbar, garam, serai, daun salam, dan kapulaga. Bahan-bahan yang dimasak kari sebagai makanan tradisi adalah daging (sapi, kambing, kerbau, atau ayam), yang disertai gulai nangka atau rebung.

Kari daging dibuat dengan cara memotong-motong daging seukuran sedang dan bersihkan. Dapat juga ditambah bahan lain seperti kentang, buncis, wortel atau sayuran lainnya. Bumbu-bumbu digiling halus kemudian ditumis. Masukkan santan dan daging, masak dalam api kecil. Bila telah mendidih dan daging empuk, masukkan sayuran. Masak lagi sebentar sampai sayur matang. Bila sudah masak hidangkan dengan taburan bawang goreng.

Bacaan Lainnya

b) Rendang
Rendang pada dasarnya adalah gulai yang sengaja dimasak sehingga kuahnya menjadi kering. Bahan yang direndang untuk makanan tradisi pada upacara adat adalah daging seperti ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Bumbu-bumbu yang diperlukan untuk membuat randang adalah cabe giling halus, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kemiri, ketumbar, kulit manis, cengkeh, serai, daun jeruk purut, daun kunyit dan daun salam.

Rendang dimasak dalam jumlah besar karena untuk menjamu tamu pada setiap acara perhelatan, baik turun mandi, khatam Quran, manjalang mantuo (mengunjungi mertua), dan makanan hari raya Islam (Idul Fitri dan Idul Adha) yang dihidangkan bersama ketupat. Makanan ini sudah menjadi makanan wajib pada setiap perhelatan baik perhelatan besar maupun kecil, seperti pada perhelatan perkawinan.

Satu kilogram daging membutuhkan tiga sampai empat butir kelapa. Kadang diberi tambahan kacang merah, kentang kecil bulat, atau ubi kayu. Tambahan ini hanya untuk memberi variasi dan menghilangkan rasa bosan bagi yang menikmatinya. Jenis daging yang dipakai adalah daging has karena struktur padat sehingga tahan (tidak hancur) ketika dimasak dalam waktu yang lama.

Cara mengolah rendang daging adalah kelapa diparut, diperas hingga menghasilkan santan kental, sementara itu semua bumbu digiling halus, kecuali daun kunyit, salam dan serai. Santan berikut bumbu dimasak di atas wajan hingga mendidih, kemudian masukkan daging yang sudah dipotong dengan ukuran sesuai selera. Dimasak terus hingga keluar minyak dan warna berubah coklat kehitam-hitaman.

Selama memasak rendang harus terus diaduk dengan menggunakan sanduk basi (sudip). Apalagi setelah santan mulai mengering supaya bumbu merata dan tidak hangus. Jika ditambahkan potongan ubi kayu, kacang merah atau kentang, bahan-bahan tersebut dimasukkan setelah santan mulai mengental dan bersatu dengan bumbu, agar matangnya bersamaan dengan daging. Sedangkan api untuk memasah harus dijaga agar selalu stabil. Tempat yang digunakan untuk memasak adalah tungku dengan bahan bakarnya arang kayu atau kayu bakar.

Selain cara di atas, ada cara lain yaitu dengan mendiamkan daging dan semua bumbu yang telah diaduk rata selama kurang lebih 15 menit agar bumbunya meresap. Sementara itu santan dimasak sampai keluar minyaknya. Setelah keluar minyak baru masukkan daging yang sudah dibumbui tadi. Masak sambil terus diaduk.

Di Kampar sebagai sentral dari alam Melayu Tua, sebelum zaman keemasan Sriwijaya, rendang dalam suatu perhelatan seringkali dihidangkan sebagai kapalo jambar (kepala hidangan). Untuk keperluan ini daging yang direndang berukuran besar (1 kg daging dibagi 2 atau 3). Untuk membuat rendang sebagai perlengkapan adat tsb. dibutuhkan waktu lama, bisa sampai lima hari agar daging menjadi empuk dan bumbunya meresap sampai ke bagian terdalam daging. Sebagai kapalo jambar rendang ini menyertai dan tidak dimakan habis oleh tamu karena fungsinya untuk meramaikan hidangan. Rendang tersebut baru dimakan setelah usai perhelatan olehkaum kerabat yang mengadakan perhelatan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *