Perjuangan Rakyat Riau Masa Kolonial

Jiel Belanda di Bengkalis. (foto: guruku.kosabudaya.id)

3. Kolonialisme Inggris
Bangsa Inggris memasuki alam Melayu dengan menguasai Singapura pada 1819. Hal ini menjadikan Inggris sebagai pengontrol jalur perdagangan Selat Malaka dan secara perlahan menggerus pengaruh Belanda. Konflik kepentingan Belanda dan Inggris melahirkan perjanjian Traktat London pada 17 Maret 1824. Perjanjian ini membagi wilayah kemarajaan Melayu menjadi dua bagian. Wilayah Riau menjadi jajahan Belanda.

4. Kolonialisme Jepang
Hindia-Belanda menyerah Jepang pada 1942 M. Sejak saat itu, Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda dan menjadi penjajah selanjutnya di bumi Melayu hingga kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Bacaan Lainnya

C. Bentuk-bentuk Perjuangan Rakyat Riau
Perjuangan rakyat Riau mengusir kolonial telah dimulai sejak masa awal kolonial hingga masa kemerdekaan. Perjuangan tersebut dilakukan dari masa ke masa dan lintas generasi. Secara umum, perjuangan rakyat Riau dalam mengusir kolonial dapat dilihat dari tiga bentuk, yaitu pendirian organisasi pergerakan, pendirian lembaga pendidikan, dan perlawanan bersenjata. 

1. Organisasi Pergerakan
Organiasi pergerakaan dicetuskan oleh kaum cendikiawan Riau yang bertujuan mengubah pola pergerakan dari perjuangan fisik atau perang beralih kepada meja-meja perundingan dan negoisasi. Organisasi pergerakaan juga berupaya meningkatkan rasa kebangsaan sekaligus menyatukan para pejuang dalam satu pandangan. Struktur keanggotaan organiasi disusun secara resmi sehingga usaha-usaha perjuangan mengusir konial berjalan secara sistematis dan terstruktur.

Salah satu bentuk organisasi pergerakan adalah Rusydiah Club yang berdiri pada 1892 di Pulau Penyengat. Pendiriannya tercetus setelah Sultan Kerajaan Melayu Riau-Lingga Abdurrachman Muazam Syah (1883-1911). Sultan menyadari bahwa untuk mempertahankan eksistensi kerajaan diperlukan jalan lain yang tidak bersifat konfrontatif dengan penjajah. 

Rusydiah Club beranggotakan kaum bangsawan dan cendikiawan yang aktif dalam menumbuhkan semangat kebangsawan melalui terbitan-terbitan buku. Organiasi ini juga menghimpun kaum terpelajar untuk menggalang kekuatan sehingga tidak mudah terpengaruh dalam politik kolonial Belanda. Para anggota ditekankan untuk tidak memiliki hubungan dengan kolonial Belanda, dan karya-karya buku para anggota tidak berkaitan dengan kepentingan kolial tersebut. 

2. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan bertujuan untuk menyediakan sekolah-sekolah resmi disamping penguatan lembaga pendidikan tradisonal seperti surau-surau dan perguruan-perguruan agama yang telah ada. Lembaga ini berperan dalam meningkatkan pengetahuan terutama pembelajaran yang mengaplikasikan ilmu-ilmu modern, selain ajaran dan prinsip-prinsip agama Islam. Materi pembelajaran juga ditekankan untuk menanamkan semangat kebangsaan, patriotisme, kecintaan kepada kebudayaan asli, dan kepanduan dalam upaya perjuangan mengusir kolonial. 

a) Madrasah Taufiqiyyah al Hasyimiyyah
Madrasah Taufiqiyah El Hasyimiah adalah sekolah khusus bidang keagamaan yang didirikan oleh Sultan Syarif Kasim II pada 1917. Sekolah ini pada dasarnya setingkat dengan Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyyah (SMP) dan Aliyah (SMA).  Sebagai tenaga pengajar dan pendidikan didatangkan dari luar Siak, misalnya dari Sumatra Timur dan Sumatra Barat. Para tenaga pengajar tersebut pada umumnya lulusan dari Universitas Al-Azhar Kairo. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *