Perjuangan Rakyat Riau Masa Kolonial

Jiel Belanda di Bengkalis. (foto: guruku.kosabudaya.id)

b) Sultanah Latifah School
Sultanah Latifah School didirikan pada 1926 oleh Tengku Agung Sultanah Latifah, permaisuri Sultan Syarif Kasim II. Sultanah Latifah School dikhususkan untuk anak-anak perempuan yang bertujuan untuk menanamkan rasa harga diri dan membentuk semangat kebangsaan kaum wanita. Ide pendirian sekolah muncul setelah kunjungan Tengku Agung Sultanah Latifah bersama Sultan Syarif Kasim II ke Medan. Tengku Agung melihat perempuan di Medan lebih maju dibandingkan kaum perempuan di negerinya Siak Sri Inderapura. 

3. Perlawanan Bersenjata
Perjuangan bersenjata merupakan perlawanan yang menggunakan senjata. Perjuangan ini tidak saja bertujuan memangkan peperangan, tetapi juga sebagai bentuk persatuan dan unjuk kekuatan senjata sebagai bukti sebuah negara yang berdaulat. Perjuangan bersenjata telah dilakukan oleh rakyat Riau sejak keruntuhan Malaka pada 1511 M hingga pertengahan abad ke 20 dalam masa perang kemerdekaan.

Bacaan Lainnya

a) Perang Riau
Perang Riau adalah perang antara Belanda dan rakyat Riau di bawah pimpinan Raja Haji Fisabililah yang terjadi di kawasan Selat Malaka pada 1782. Perang ini mampu mengusir Belanda dari selat Malaka, dan dianggap sebagai kemenangan bangsa Asia Tenggara terhadap salah satu dari empat negara yang memiliki armada laut terkuat di dunia. 

Raja Haji Fisabililah gugur dalam pertempuran saat penyerangan pangkalan maritim Belanda di Telukketapang (Malaka) pada tahun 1784. Makamnya dipindahkan dari Malaka (Malaysia) ke Pulau Penyengat Inderasakti, Kota Tanjungpinang.Pemerintah menetapkan Raja Haji Fisabililah sebagai pahlawan nasional pada 11 Agustus 1997.

b) Perang Guntung
Perang Guntung adalah perang yang terjadi antara rakyat Riau dengan Belanda di Selat Guntung, muara Sungai Siak pada tahun 1759. Perang ini dipimpin oleh Sultan Siak yaitu Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzaffar Syah atau Tengku Buang Asmara bersama panglima Said Umar. Perang Guntung pecah karena Belanda terus berupaya merebut kekuasaan dan pengaruh di Selat Malaka.

Perang Guntung berhasil mengusir Belanda dan merampas benteng Belanda di Guntung. Pada masa selanjutnya, Sultan Alamuddin Syah bersama panglima Muhammad Ali mengusir Belanda ke Malaka. Kerajaan Siak kemudian memindahkan ibu kota kerajaan dari Mempura ke Senapelan. Kelak ibu kota kerajaan tersebut berkembang menjadi Pekanbaru.

b) Perang Reteh
Perang Reteh adalah perang rakyat Reteh terhadap Belanda yang berlangsung di kuala Indragiri dan laut Kepulauan Riau pada 1858. Perang ini dipimpin oleh Panglima Besar Reteh Tengku Sulung. Perang Reteh bermula dari tindakan Belanda yang meminta Tengku Sulung tunduk pada kesultanan Riau-Lingga di bawah pimpinan Sultan Sulaiman yang diakui Belanda. Tengku Sulung menolak permintaan tersebut dan tetap mengakui Sultan Mahmud Muzafar Syah sebagai Sultan Riau-Lingga. Belanda menganggap Tengku Sulung melakukan pembangkangan dan  mengerahkan kekuatan militernya pada November 1859.

Rujukan:
Elmustian Rahman, dkk. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau.
Derichard H. Putra, dkk. 2024. Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA Kelas X. Pekanbaru: Penerbit Narawita.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *