Randai Kuantan 

Randai Kuantan.

Randai Kuantan merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan jenis teater rakyat yang terdapat di Rantau Kuantan. Penyajiannya biasa dilakukan di halaman rumah atau di tanah lapang, dalam sebuah arena. Penonton mengelilingi arena tersebut. Jumlah pemain Randai Kuantan berkisar antara15-25 orang pemain, termasuk pelakon dan pemusik. Pemimpin kelompok disebut induk randai dan anak buahnya disebut anak randai.

Cerita yang dibawakan berasal dari khasanah cerita setempat dan kesusastraan Melayu, serta cerita-cerita yang bertolak dari kehidupan sehari-hari masyarakat dengan menggunakan bahasa Melayu dialek Kuantan. Seni pertunjukan ini menonjolkan unsur lawak atau kelakar yang diselingi dengan mendendangkan lagu-lagu Melayu terutama yang berirama joget. 

Bacaan Lainnya

Kesenian ini juga menonjolkan unsur joget tidak hanya dalam lagu tetapi juga dalam tariannya. Kesenian ini memakai iringan musik dan lagu yang dinyanyikan oleh beberapa penyanyi. Alat musik yang biasa dipakai antara lain biola, gendang gong, akordeon, dan tambur. Biola dan gong merupakan alat musik yang harus ada dalam setiap pertunjukan, sedangkan yang lainnya hanya sebagai pendukung. Sekarang ini gong dan akordeon sudah jarang dipakai. Dalam perkembangannya, juga ada yang memakai alat musik cer-cer. 

Struktur Randai
Randai mempunyai struktur persembahan yang terbagi dalam lima bagian, yakni perarakan masuk, persembahan (prolog), lakon, nyanyian dan musik, dan ditutup perarakan keluar. Stuktur tersebut terangkai seperti di bawah ini:

1. Pembukaan, para pemain berbaris berbanjar dua-dua memasuki arena, diiringi dengan musik yang memainkan lagu pembuka, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu oleh tukang peluit yang memberi komando kepada barisan dengan bunyi peluit. Barisan tersebut kemudian berjoget mengelilingi arena.

2. Bila lagu telah selesai, tukang peluit kemudian meniup peluitnya dalam irama khusus sambil membuat gerakan dengan tangan sebagai isyarat “selesai” untuk tahap pembuka. Setelah itu, tukang peluit dan seluruh pemain jongkok (bertumpu pada salah satu tumit), mengelilingi arena.

3. Pemandu acara kemudian membuka acara dan meminta induk randai untuk memperkenalkan diri. Disusul dengan permintaan tuan rumah untuk memberikan sambutan singkat.

4. Pemandu acara kemudian mengantarkan pada lagu berikutnya, “Selamat Datang” dan seluruh pemain berbaris sambil berjoget mengelilingi arena.

5. Begitu lagu berhenti, pemandu acara meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah-petitih.

6. Pemandu acara menyampaikan ringkasan cerita yang dimainkan, adegan pada babak berikutnya, dan lagu yang akan dimainkan.

7. Setelah lagu selesai, tukang peluit membunyikan peluit dan membuat gerakan khas untuk menutup. Kemudian pemandu acara menyampaikan narasi dan lagu yang akan muncul berikutnya.

8. Pemain randai yang berperan dalam adegan kemudian bergerak ke tengah arena dan berdialog. Setelah adegan selesai, ia kembali ke dalam barisan.

9. Adegan ditutup dengan lagu dan joget, kemudian diikuti narasi oleh pemandu upacara, dilanjutkan dengan lagu dan adegan lagi. Begitu seterusnya sampai cerita selesai.

10. Ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam, pertunjukkan berhenti untuk istirahat. Pada jeda waktu ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joget dengan bujang gadih untuk para penonon.

11. Bila di dalam cerita ada adegan perjalanan, maka untuk mengantarkan adegannya dimainkan lagu “Pelayaran” yang hanya dinyanyikan dengan iringan musik biola dan para pemain hanya berbaris mengelilingi lingkaran dengan langkah perlahan sesuai irama lagunya yang sendu, tanpa melakukan gerak joget.

12. Penutup, bila cerita telah selesai dimainkan, pemain musik memainkan lagu penutup, “Gelang Si Paku Gelang”, dan para pemain berdiri dan berjoget sambil mengelilingi arena lalu berbaris ke luar arena. 

Pemandu acara kemudian membuka acara dan meminta induk randai memperkenalkan diri, disusul dengan permintaan kepada tuan rumah untuk memberikan sambutan singkat. Setelah itu, pemandu mengantarkan acara pada lagu berikutnya, “Selamat Datang”, seluruh pemain berbaris sambil berjoget mengelilingi arena. Begitu lagu berhenti, pemandu acara meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah-petitih. Kemudian pemandu acara menyampaikan ringkasan cerita, adegan berikutnya, dan lagu yang akan dimainkan. Setelah lagu selesai, tukang peluit membunyikan peluit dan membuat gerakan penutup yang khas. Kemudian pemandu acara menyampaikan narasi dan lagu yang akan dimainkan berikutnya. 

Pemain randai yang berperan dalam adegan kemudian bergerak ke tengah arena dan berdialog. Setelah adegan selesai, ia kembali ke dalam barisan. Adegan ditutup dengan lagu dan joget, diikuti narasi oleh pemandu acara, dilanjutkan dengan lagu dan adegan lagi. Begitu seterusnya sampai cerita selesai. Ketika waktu menunjukkan pukul 12 malam, pertunjukan berhenti untuk istirahat dan biasanya diisi lelang lagu dan joget dengan bujang gadih untuk para penonton. 

Bila di dalam cerita ada adegan perjalanan, maka untuk mengantarkan adegan itu dimainkan lagu Palayaran (Pelayaran) yang hanya dinyanyikan dengan iringan biola. Para pemain berbaris mengelilingi lingkaran dengan langkah perlahan sesuai irama lagunya yang sendu, tanpa melakukan gerak joget. Bila cerita telah selesai dimainkan, pemusik memainkan lagu penutup, “Gelang Si Paku Gelang”, para pemain berdiri dan berjoget sambil mengelilingi arena lalu berbaris keluar arena.  

Di Kuantan, Randai telah telah beradaptasi dengan masyarakat pendukungnya. Sehingga Randai Kuantan memperlihatkan warna dan sosok tersendiri jika dibandingkan dengan Randai di Rantau Kampar atau daerah lainnya. Menurut catatan UU Hamidy;1) cerita yang dibawakan dalam Randai Kuantan telah banyak berasal dari cerita  setempat dan dari kesutraan Melayu. 2) bahasa yang digunakan  bahasa Melayu dialek Kuantan. 3) unsur lawak atau kelakar sangat menonjol dalam seni pertunjukkan Randai Kuantan. 4) dendang yang dilagukan dalam Randai Kuantan ialah lagu-lagu Melayu seperti lagu-lagu joget dan lainnya. 5) karena dendangnya bukan lagi dendang orosinal maka alat bunyi-bunyiannya tidak sama dengan Randai di negeri asalnya. Dalam seni pertunjukkan Randai Kuantan biola sangatlah penting untuk mengiringi lagu-lagu Melayu yang terpakai dalam permainan tersebut. 6) sebagai pengganti gerak Galombang (tari & silat) dalam Randai asli pada Randai Kuantan dipakai tari-tari Melayu terutama gerak tari joget. 7) nama jenjang pengelola seni pertunjukkan Randai Kuantan yang menjadi pemimpin dinamakan induk randai dan para anak buah disebut anak randai.

Kelompok-kelompok Randai yang masih ada atau pernah ada di Riau seperti; Randai Sutan Panglimo Dalam dari Kampar, Randai Magek Manandin Cerenti, Randai Sekuntum Harapan Kenegerian Teratak Air Hitam, Randai ‘Bujang Selamat’ di Baturijal, Randai Sation di Indragiri Hulu.

Lagu-lagu Randai
Selain lagu-lagu utama seperti lagu Bungo Satangkai, “Selamat Datang,” Palayaran, dan “Gelang Si Paku Gelang,” terdapat banyak judul lagu lainnya misalnya Panjek-panjek Tabulusui (Panjat-panjat Melorot), Cigak Bugial (Monyet Bugil), Jambatan Barayun (Jembatan Berayun), Tanjuang Putui (Tanjung Putus), Jambu Mera (Jambu Merah), “Angin Malam”, Salah Sangko (Salah Sangka), “Rampai Kayu Aro”, Baliak ka Jando (Balik ke Janda), Tolak Jatua Corai dak Jadi (Talak Jatuh Cerai tak Jadi), Tabedo (Gawat), Tadayuak, Pata Rantiang (Patah Ranting). Pada umumnya, lagu-lagu yang dimainkan merupakan lagu joget yang berirama gembira, sama sekali tidak ada hubungannya dengan adegan yang dimainkan (kecuali untuk lagu Palayaran). Lagu-lagu ini dianggap sebagai penanda peralihan adegan semata. Biasanya semakin malam, iramanya semakin lincah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *