Saujana Bandar-bandar Lama di Riau

Istana Siak Sri Inderapura. (foto: kosabudaya.id).

Secara umum, saujana bandar dapat dilihat dari empat komponen penting. Keempat komponen tersebut adalah kawasan pemerintaham, pusat perniagaan, pemukiman penduduk, dan alam bandar.

1. Kawasan Pemerintahan
Bandar-bandar lama di Riau selalu menjadi pusat pemerintahan dalam menjalankan administrasi suatu kerajaan. Di dalam pusat pemerintahan terdapat istana sebagai tempat sultan atau raja bertahta. Pusat pemerintahan juga dilengkapi dengan bangunan pendukung atau kawasan tertentu seperti masjid, balai adat, mahkamah, pemakaman raja-raja, dan lainnya. Seluruh bentang saujana pada kawasan pemerintahan menjadi sejarah dan ciri khas suatu bandar yang menarik minat para pelancong untuk mengunjungi bandar tersebut.

Bacaan Lainnya

2. Pusat Perniagaan
Bandar merupakan pusat perdagangan yang mempertemukan pedagang dan pembeli, sekaligus sebagai tempat pemasaran hasil-hasil pertanian dan alam dari kampung dan pedalaman. Pada masa Kesultanan Siak, Bandar Pekanbaru menampung hasil-hasil alam dari hulu Sungai Siak seperti Tapung dan Petapahan untuk diekspor ke Singapura. Di bandar terdapat bangunan pendukung semisal pasar dan pelabuhan. 

Pusat perniagaan didukung oleh pasar yang menjadi tempat pertemuan antara pedagang dan pembeli dalam distribusi hasil-hasil produksi, pertanian, peternakan, karya seni, alam dan lainnya.  Pusat perniagaan juga terdapat pelabuhan sebagai unsur penting dalam pergerakan ekonomi di sebuah bandar. Pelabuhan ferfungsi sebagai tempat untuk menerima ataupun bertolak kapal, memuat dan membongkar muatan, ataupun menaikkan dan menurunkan penumpang. 

3. Pemukiman Penduduk
Konsep pemukiman bandar pada perkampungan daratan ataupun pesisir tidak jauh berbeda dengan konsep perkampungan Melayu, yang menjadikan kawasan sungai dan luat sebagai titik sentral perkampungan. Kedua perkampungan memiliki pola yang sama dengan bentuk memanjang mengikuti bibir sungai atau garis pantai. Pemukiman dibangun berbanjar-banjar menghadap ke sungai atau laut dengan bentuk rumah berpanggung untuk menghindari banjir atau air pasang. Pendirian rumah dilakukan di darat atau di atas air dan setiap rumah memiliki akses langsung ke darat atau terhubung ke rumah lainnya melalui jembatan penghubung. 

Pola pemukiman memanjang terbentuk mengikuti kondisi alam perkampungan yang landai dan rendah sehingga sistem pembangunan perkampungan menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Pola ini juga yang menjadikan kawasan perairan sebagai unsur penting dalam pembangunan perkampungan sehingga orang Melayu selalu disebut sebagai masyarakat aquatik.

4. Alam Bandar
Alam bandar lama pada dasarnya masih terjaga seperti pada perkampungan-perkampungan Melayu tradisional. Namun, sebagian ekologi fisik alam bandar seperti peladangan, perkebunan, dan hutan telah tergantikan oleh pusat-pusat perniagaan, pemukiman ataupun bangunan lainnya. Kawasan perairan bandar seperti danau dan sungai masih terjaga sebagai penghasil ikan, namun pemanfaatannya telah ditingkatkan sebagai  kawasan pelancongan, ekonomi seperti pelabuhan dan pasar, dan jalur transportasi yang ramai.

Rujukan: Derichard H. Putra, dkk. 2024. Budaya Melayu Riau Kurikulum Merdeka untuk SMP/MTs Kelas IX. Pekanbaru: Penerbit Narawita

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *