Sejarah Peradaban Melayu pra-Islam 

Candi Muara Takus di IV Koto Kampar, Kampar, Riau. (foto: kosabudaya.id)

B. Pusat-pusat Peradaban
Pusat-pusat peradaban merupakan tempat atau wilayah yang menjadi pusat suatu pemerintahan yang berdiri pada masa Melayu pra-Islam. Pusat peradaban ditandai dengan kehadiran suatu kerajaan yang menguasai suatu wilayah.  Beberapa kerajaan-kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kandis, Koto Alang, dan Kuantan di Kuantan, Kerajaan Keritang di Inderagiri, Kerajaan Gasib di Siak, Kerajaan Pekantua di Pelalawan, Kerajaan Segati di Kampar, Kerajaan Sintong dan Kerajaan Pekaitan di Rokan Hilir. 

1.  Kerajaan Kandis 
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri pada abad 1 M di Lubuk Jambi Kuantan. Kerajaan ini dianggap sebagai kerajaan tertua sebelum pra-Islam. Wilayah Kerajaan Kandis meliputi daerah Kuantan sekarang ini. Ibukota kerajaan berada di Padangcandi. Penamaan  Padangcandi disebabkan di daerah tersebut ditemukan batu-batu candi. Catatan tentang kerajaan Kandis ditemukan dalam kitab Negara Kertagama yang menyebutkan bahwa Kandis merupakan salah satu kerajaan yang berada dalam taklukan Majapahit.

Bacaan Lainnya

2. Kerajaan Sintong
Kerajaan Sintong diperkirakan berada di hulu Sungai Sintong,  satu kilometer dari muara Sungai Sintong yang bermuara ke Sungai Rokan. Di kawasan ini ditemukan sebuah situs penting yaitu Candi Sintong. Keadaan candi saat ini berupa batu-batu candi yang berserakan dan gundukan tanah yang di dalamnya terdapat batu-batu peninggalan candi. Menurut cerita lisan masyarakat setempat, Candi Sintong merupakan tempat ibadah nenek moyang masyarakat Sintong sebelum Islam masuk yang datang dari Pasai.

Kerusakan Candi Sintong bermula pada zaman pemerintahan Belanda. Si­tus ini digali masyarakat karena dianggap menyimpan benda berharga berupa harta karun seperti emas, intan, perak, dan batu-batu permata. Keadaan ini diperburuk lagi ketika masyarakat Sintong membangun mesjid dan kekurangan batu-bata, maka batu candi ini diangkut untuk pembangunan masjid tersebut.

Selain situs agama, di Sintong juga terdapat cerita Anak Raja Jatuh yang berkisah tentang kecantikan Putri Sintong, yaitu putri dari Raja Sintong. Kecantikan putri Raja Sintong sempat mengorbankan nyawa seorang anak raja dari Kerajaan Pekaitan (Kerajaan Rokan II setelah masa keemasan Kerajaan Rokan I berangsur-angsur hilang). Cerita Anak Raja Jatuh merupakan sejarah lisan yang begitu kuat tentang keberadaaan Kerajaan Sintong.

3. Kerajaan Segati
Kerajaan Segati berada di Hulu Sungai Segati, di tepi sungai Kampar. Kerajaan ini didirikan oleh Tuk Jayo Sati, keturunan Maharaja Olang. Pusat kerajaan pertama kali terletak di Tanjungbungo, tapi kemudian atas prakarsa putranya yang bernama Tuk Jayo Tunggal, pusat kerajaan dipindahkan ke Ranah Gunung Setawar, di hulu Sungai Segati. Setelah Tuk Jayo Tunggal meninggal dunia, diangkatlah Tuk Jayo Alam, puteranya, sebagai raja.

Kerajaan Segati pada masa Tuk Jayo Alam pernah diserang oleh kerajaan Gasib, dan pusat pemerintahan di Gunungsetawar jatuh ke tangan Gasib. Tuk Jayo Alam berhasil membangun kekuatan dan kemudian merebut kembali kerajaannya dari tangan Gasib

Kerajaan Segati mencapai puncak pada masa kekuasaan Tuk Jayo Alam. Setelah wafat, ia digantikan puteranya Tuk Jayo Laut. Setelah Tuk Jayo Laut meninggal, ia digantikan oleh Tuk Jayo Tinggi. Tuk Jayo Tinggi kemudian digantikan oleh Tuk Jayo Gagah. Pemerintahan Tuk Jayo Gagah dilanjutkan oleh puteranya Tuk Jayo Kolombai dan Tuk Jayo Kolombai digantikan oleh Tuk Jayo Bedil. Pada masa pemerintahan Tuk Jayo Bedil, kerajaan Segati pernah melawan Portugis di Malaka.

Kerajaan Segati mengalami kemunduran dan bahkan hancur ketika tidak mampu melawan serangan Aceh. Setelah kalah, Tuk Jayo Bedil melarikan diri ke Petalanganrapuh, dan kemudian terus ke Kuantan. Pada masa berikutnya, wilayah kekuasaan Segati, menjadi bagian dari kerajaan Pelalawan.

4. Kerajaan Pekantua
Kerajaan Pekantua diperkirakan berdiri pada akhir abad ke-14 M di hulu sungai Pekantua, Pelalawan. Kerajaan ini didirikan oleh Maharaja Indera dari Kerajaan Tumasik (Singapura). Maharaja Indera membangun istana di Pematangtua sekaligus sebuah candi sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dari serangan Kerajaan Singosari ke Tumasik sekitar tahun 1380. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *