Seni Pertunjukan Melayu Riau

Gambus digunakan dalam tari kreasi rentak bulian (foto: guruku.kosabudaya.id)

Pada zaman dahulu, tari zapin hanya dilakukan oleh kaum pria, terdiri dari dua penari dewasa maupun anak-anak. Saat ini sudah ditarikan oleh laki-laki dan wanita berpasang-pasangan. Pakaian tari wanita memakai kebaya panjang, kain tenunan siak, hiasan kembang goyang, bersanggul, dan gelang dan dukuh (rantai papan). Sedangkan penari laki-laki memakai baju teluk belanga, kain sarung tenun siak, dan tutup tanjak. Lagu pengiring zapin antara lain nasib lancang kuning, pulut hitam, bismillah, sayang serawak, tanjung balai, dan anak ayam patah, ensambel musik berupa sebuah gambus dan tiga buah marwas. 

Tari zapin pada masa awal berkembang di lingkungan kerajaan Siak, sebagai hasil interaksi antara kalangan istana dengan orang dan atau pedagang Arab yang datang ke kerajaan itu.

Bacaan Lainnya

a) Zapin Siak
Secara garis besar, gerakan tari zapin Siak dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu: salam penghormatan yang dilakukan dengan berdiri, atau duduk semba), diikuti langkah buka, langkah tari, tahtim, langkah tari, dan tahtoh penutup atau sembah penutup. Setiap bagian tersebut terdapat lagi puluhan ragam lain seperti langkah 1-8, disebut langkah biasa atau langkah dasar, ragam alif untuk permulaan tari, ragam alif sembah, ragam titi batang, ragam pusing tengah, ragam dut, ragam sut depan, ragam sut maju mundur, ragam siku keluang, ragam siku keluang sembah, ragam menyambar, ragam mata angin, ragam pecah lapan, ragam pecah lapan sut, ragam anak ayam patah, ragam minta tahto atau tahtim, dan ragam tahto atau tahtim.

Setiap ragam gerak sebagian besar bersumber dari kebesaran Tuhan atau alam raya dan mengandung makna-makna tersendiri. Gerak duduk bersimpuh bertegak lutut misalnya, memberi makna persiapan untuk menghadapi masa depan. Ragam alif bermakna sebagai tanda kebesaran Tuhan. Ragam siku  keluang merupakan mimik dari pergerakan keluang. Ragam titi batang menggambarkan tingkah laku manusia yang berjalan meniti sebatang kayu yang dipergunakan sebagai jembatan, dan ragam anak ayam patah, yaitu ragam yang meniru kaki anak ayam patah berjalan diiringi dengan lagu Zapin Anak Ayam Turun Sepuluh.

Pada masa awal, para penari zapin hanya lelaki yang menari berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, dan kopiah hitam, atau teluk belanga. Pakaian tersebut disesuaikan dengan bentuk acara yang akan ditampilkan. Jika tari ditampilkan di hadapan sultan maka pakaian penati berupa kain tenun Siak. Jika ditampilkan pada majelis perkawinan, sunat rasul atau penyambutan tamu kehormatan, penari memakai songket tenun Siak, dan apabila ditampilkan sebagai hiburan, penari hanya memakai kain biasa semisal kain pelikat.

b) Zapin Meskom Bengkalis
Zapin Meskom adalah genre zapin yang berkembang di Kampung Meskom Bengkalis. Seperti bentuk tari zapin pada umumnya, zapim Meskom juga dominan pada gerak kaki, sehingga gerak pada tangan dan kepala hanya sebagai pengimbang dari kelincahan gerak kaki. Ragam gerak yang umum digunakan adalah jalan pantas, tukar kaki atau gelombang pasang, siku keluang, anak ayam patah, belah mumbang, dan pusing sekerat. Selain itu, zapin Meskom juga mengadopsi ragam yang terdapat di Teluk Belitung yaitu sut ganda, bunga serai, catuk burung merpati, pecah delapan, pecah delapan sut, dan kembang tak jadi

Saat ini, zapim Meskom dikembangkan oleh beberapa sanggar zapin di Riau. Satu di antaranya adalah Sanggar Batin Sembilan yang berpusat di Kampung Meskom Bengkalis. 

c) Zapin Inderagiri Hilir
Zapin yang berkembang di Inderagiri Hilir dikenal dengan zapin sisit. Penamaan ini berdasarkan busana yang dipakai penari memakai tali karet yang dapat dikencangkan pada ujung kedua lengan, kaki, dan leher. Hal ini sedikit berbeda dengan busana zapin dari daerah lain yang lebih longgar. 

Zapin sisit mempunyai dasar ragam tidak hanya dominan pada gerakan kaki, tetapi juga gerakan lengan, tangan, dan bahu. Pada gerakan siku keluang dan gerakan tungkai, lengan lebih diangkat dalam membuat putaran gerakan. Setidaknya terdapat 5 ragam pada zapin sisit, yaitu sisit (lengan agak diangkat dan gerakan naik turun pada bahu); sisip (gerakan kedua lengan); tingkawang (putaran kedua lengan di sekitar pinggul); kuda gipang (seperti gerakan kuda kepang); dan siku keluang (gerakan mengangkat lengan lebih ke  atas).

2) Tari Persembahan
Tari persembahan atau disebut juga dengan tari makan sirih dipertunjukan dalam penyambutan tamu kehormatan atau dimulainya suatu perhelatan. Tarian ini diiringi lagu makan sirih dan mulai diperkenalkan pada tahun 1950-an di Pekanbaru yang  dikreasikan oleh OK. Nizami Jamil. 

Penari membawa tepak sirih yang dipersembahkan kepada tamu kehormatan. Sirih diambil dari dalam tepak dan tamu yang dianggap agung diberi kesempatan pertama untuk mengambilnya sebagai bentuk penghormatan, kemudian diikuti oleh tamu yang lain.

3. Seni Musik
a) Kompang
Musik kompang sering digunakan sebagai pengiring nyanyian terutama dalam arak-arakan, misalnya menghantar tamu ke sebuah tempat upacara atau menghantar pengantin pria ke rumah mempelai wanita. Saat ini kompang juga banyak dipertunjukkan  pada kegiatan-kegiatan serimonial adat, pendidikan, politik, dan pemerintahan.

Pemain kompang semuanya adalah laki-laki sekitar sepuluh hingga dua puluh orang pemain. Pada saat pertunjukan, para pemain akan mengiringi arakan-arakan tamu atau pengantin hingga ke tempat yang dituju. Setelah tiba di tempat yang dimaksud, permainan kompang berhenti menabuh dan pertunjukan pun berakhir.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *