Seni Pertunjukan Melayu Riau

Gambus digunakan dalam tari kreasi rentak bulian (foto: guruku.kosabudaya.id)

b) Zikir Gebano 
Zikir gebano disebut juga dikir berdah, burdah, dikir rebana, atau badiki gubano merupakan pertunjukan berupa puji-pujian kebesaran Allah Swt. dan kemuliaan nabi Muhammad Saw. yang diiringi gendang bebano atau gebano. Lantunan pujian menggunakan bahasa Arab dengan panduan teks khusus yang mempunyai 14 keturunan dalam bentuk nazam.

Pertunjukan dibagi dalam beberapa pasal atau sesi dan setiap menyelesaikan satu pasal diselingi jeda. Pedikir biasanya tegak atau duduk bersila membentuk lingkaran mengelilingi teks. Teks dilantunkan secara bergilir mengikuti putaran ke kiri atau ke kanan. Pada peringkat pertama berdikir, gendang yang ditepuk diletakkan di atas lantai di hadapan pedikir, dan pada peringkat kedua diletakkan di atas pangkuan. 

Bacaan Lainnya

Teknik pemukulan gendang ditepuk dengan menggunakan empat jari. Umumnya dikenal tiga jenis tepukan yaitu tepukan cop, tepukan tung dan jentikan. Setiap gendang gebano memilki ukuran yang berbeda, sehingga kompilasi tepukan menghasilkan nada yang indah.

c) Kayat Pantun 
Kayat pantun merupakan pertunjukan berupa nyanyian berbentuk pantun yang diiringi musik piul (biola) dan gendang. Dimainkan oleh tiga hingga lima orang pemain yang terdiri dari tukang piul, tukang gendang, dan seorang penyanyi. Penyanyi kayat umumnya perempuan, tetapi terdapat juga laki-laki. 

Pantun kayat didendangkan secara bergantian dengan teknik berbalas pantun. Namun, sering juga dilakukan dengan pola bertingkahan antara sampiran dan isi. Misalnya, seorang penyanyi kayat mendendangkan sampiran, sedangkan isi dilanjutkan oleh tukang kayat yang lain.

Irama yang sering dimainkan untuk mengiringi kayat pantun adalah Kumbang Putiah Kaki, Angin Malam, Pandang Pulai, Itam Manih, Sarinam, Buaian Tonga Hari, Gonjur Sentak, Cinto Putuih, Pusiang Kapalo, Hujan Paneh,  Kutang Barendo,  dan Bacorai Kasia.

Kayat ditampilkan untuk memeriahkan hari-hari besar agama islam, majelis perkawinan, sunat rasul, akikah, masuk suku, penabalan pemimpin adat, ataupun hari besar nasional terutama memperingati kemerdekaan. 

d) Calempong Oguong
Calempong oguang merupakan pergelaran musik instrumental  dengan seperangkat alat utama yaitu gong dan calempong. Dimainkan oleh lima orang pemain yang berperan sebagai pengguguh dan peningkah yang memainkan enam buah calempong, gendang peningkah, ketepak dasar dan ketepak bungo, dan oguang (gong). Melodi yang dimainkan pada setiap judul lagu terdiri dari dua baris irama yang dimainkan berulang-ulang. 

Penyebutan calempong oguang diambil dari dua alat utama tradisi ini yaitu calempong dan ogung (gong). Komposisi bunyi dan instrumen yang digunakan tidak memiliki keterkaitan dengan budaya Arab atau melodi dari daratan Asia. Hal ini diyakini tradisi calempong oguang sudah ada sebelum kedatangan agama Islam sekitar abad 7 atau 13 Masehi.

e) Madihin
Madihin berupa lantunan syair, pantun, atau puisi bebas yang dipertunjukkan oleh seorang atau lebih pemadihin sambil memainkan gendang gebano. Jika dipertunjukkan oleh dua orang atau lebih pemadihin, maka lirik madihin didendangkan secara berbalas-balasan.

Madihin berasal dari kata ‘madah’ yang berarti pesan atau nasihat. Namun, di tengah pendukungnya madihin selalu disebut ‘madahan.” Penyebut tersebut lama-kelamaan berubah menjadi madihin.  

4. Cerita 
a) Koba 
Koba merupakan pertunjukan cerita dilagukan yang dituturkan oleh seorang tukang koba. Cerita koba umumnya berkisah tentang pengembaraan tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan. Sebagian cerita diiringi musik berupa gendang gebano atau bebano yang dibawakan oleh tukang koba sendiri. Alat musik berfungsi sebagai pengatur ritme lagu, dan setiap tukang koba memiliki irama lagu khas masing-masing. Pertunjukan koba diselenggarakan dalam perayaan-perayaan sosial seperti pernikahan, turun mandi dan sunat rasul.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *