Situs dan Tokoh Sejarah Melayu Islam

Masjid Raya Pekanbaru.

A. Pengertian
Situs Islam adalah lokasi atau tempat temuan cagar budaya yang berkaitan dengan sejarah dan perkembangan agama Islam. Situs Islam umumnya berbentuk istana, masjid, rumah, dan makam. Sebagian besar situs Islam di Riau dalam kondisi terawat dengan baik. Situs tersebut difungsikan atau dijadikan sebagai tempar wisata religi dan sejarah. 

Tokoh Islam adalah orang-orang yang berjasa  dalam pengembangan dan penyebaran agama Islam. Para tokoh umumnya berasal dari kalangan ulama, adat, dan sultan. Tokoh ini berperan penting dalam mendirikan pusat-pusat pendidikan Islam seperti madrasah dan pesantren ataupun menjalankan pemerintahan yang berlandaskan tradisi Islam. 

Bacaan Lainnya

Di tengah masyarakat, para tokoh Islam ditempatkan sebagai Orang Patut, yaitu orang yang dituakan. Orang Patut menjadi suri teladan sebagai tempat bertanya dan menyelesaikan berbagai permasalahan. Di dalam ungkapan Melayu disebutkan, menyelesaikan yang kusut dan menjernihkan yang keruh.

A.  PENYEBARAN ISLAM
Agama Islam masuk ke Riau diperkirakan sekitar abad ke-7 M. Pendakwah-pendakwah Islam langsung berasal dari Timur Tengah. Para pendakwah tersebut menggunakan jalur perdagangan untuk menyebarkan agama Islam

Penyebaran Islam di kawasan Melayu semakin pesat ketika pusat Kemaharajaan Melayu di Malaka, menjadikan Islam sebagai agama resmi. Islam semakin meluas ketika pendiri Kerajaan Malaka yaitu Parameswara menyatakan Islam sebagai agama resmi negara, dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad. Kerajaan ini pula aktif menyiarkan Islam ke berbagai kawasan nusantara. Mereka mengislamkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, terutama kerajaan yang berada di bawah naungan Kerajaan Malaka secara langsung.

Pada tahun 1444-1447, Malaka mengalahkan Gasib di Siak dan menawan rajanya yaitu Permaisura. Gasib kemudian memasuki era kepemimpinan yang beragama Islam. Sultan Mansyur Syah di Malaka mengangkat anak raja Gasib yang ditaklukkannya yang bernama Megat Kudu, untuk menjadi Raja Gasib di bawah perlindungan Malaka. Megat Kudu kemudian memeluk agama Islam dan menjadi menantu raja Malaka yang bergelar Sultan Ibrahim.

Selain kerajaan Gasib, kerajaan-kerajaan Islam lain di Riau adalah Kerajaan Inderagiri, Kerajaan Siak, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Rokan IV, Kerajaan Gunung Sahilan, Kerajaan Tambusai, dan Kerajaan Rambah. Kerajaan-kerajaan ini tersebar di Riau terutama di sepanjang empat sungai besar yaitu Inderagiri/Kuantan, Kampar, Siak, dan Rokan.

Islam dan keberadaan kerajaan Islam di Riau menghadirkan situs-situs dan tokoh-tokoh Islam. Situs Islam di Riau umumnya berupa istana, masjid dan makam, sedang tokoh-tokoh Islam berupa pejuang dan ulama.

B. SITUS DAN TOKOH ISLAM
1. Situs Islam
Situs Islam adalah tempat atau kawasan temuan benda-benda purbakala yang berkaitan dengan sejarah dan budaya Islam. Situs dapat berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya. Beberapa situs peninggalan kejayaan Islam adalah Masjid Raya Pekanbaru, Masjid Jami’ Air Tiris, Masjid Kuning Bengkalis, Istana Siak Sri Inderapura, dan Istana Gunung Sahilan.

a) Masjid Raya Pekanbaru
Masjid Raya Pekanbaru terdapat di Kampung Senapelan Bandar Pekanbaru. Mesjid dibangun abad 18 pada masa Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. 

b) Masjid Jamik Airtiris
Mesjid Jamik terdapat di Kenegerian Air Tiris, Kampar.  Mesjid mulai dibangun pada 1901 dan selesai 1904 atau tahun 1322 Hijriah. Luas masjid sebelum direnovasi adalah bangunn induk 30 x 40 m, mehrab, dan tinggi 25 m.

c) Masjid Kuning Bengkalis
Masjid Kuning berada  di Kampung Senggoro bersebelahan dengan pemakaman Taman Layu Kota, Bengkalis. Masjid ini dibangun Panglima Minal pada 1850 M. Masjid Kuning pertama kali dibangun berdinding papan dengan arsitektur yang masih sederhana. 

Penamaan Masjid Kuning bermula dari pohon kenanga yang ditanam oleh Panglima Minal pada sisi kanan dan kiri masjid. Pohon kenanga kian membesar dan berbunga sehingga masjid kecil tersebut tersungkup dan tampak seperti berwarna kuning.

d) Istana Siak Sri Inderapura
Istana Sultan Siak atau Istana Hasyerayah Hasyimiah  terdapat di Kota Siak Sri Inderapura, Siak. Istana dibangun pada tahun 1889 oleh Sultan Syarif Hassim yang bergelar Sultan Assaidi Syarif Hassim Abdul Jalil Saifuddin (sultan Siak ke-11, 1717-1748). 

Di dalam istana terdapat koleksi kerajaan berupa alat-alat kebesaran kerajaan, peralatan rumah tangga, dan koleksi pribadi sultan. Benda-benda koleksi tersebut misalnya  duplikat singgasana kerajaan bersepuh emas, duplikat mahkota sultan, brankas, payung, tombak, komet, 

e) Istana Gunung Sahilan
Istana Gunung Sahilan terdapat di Dusun Dalam Kampung Sahilan Darusalam, Kampar. Istana terdiri dari dua bagian yakni bangunan utama dan dapur. Bangunan utama terdiri atas dua ruangan, yaitu ruangan depan dan ruangan dalam. Ruangan depan berukuran panjang 14,4 m dan lebar 6,8 m. Ruangan dapur berbentuk huruf L, dengan panjang 8,4 m dan lebar 5,15 m. Luas bangunan utama sekitar 9,10 m x 14,19 m, bangunan belakang 22,25 m x 14 m. Istana Gunung Sahilan berdiri pada halan seluas seluas 52 m x 30 m². 

2. Tokoh Islam
Tokoh-tokoh Islam di Riau berperan dalam pendirian pusat-pusat pendidikan Islam. Hingga saat ini, sebagian pusat pendidikan tersebut masih ada yang dilanjutkan oleh murid ataupun anak keturunan.

a) Syekh Burhanuddin
Syekh Burhanuddin merupakan seorang penyebar agama Islam di Kuntu, Kampar. Ia berasal dari Arab dan masuk ke Kuntu sekitar pertengahan Abad XIII. Ia menjadikan daerah Kuntu sebagai basis serta pusat pengembangan ajaran agama Islam. 

Pendekatan yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin adalah melalaui perjamuan makan sehingga masyarakat menjadi tertarik. Melalui cara inilah secara berangsur-angsur Syekh Burhanuddin memberi pengajaran tentang Agama Islam, sehingga akhirnya dapat diterima oleh penduduk setempat. Selain itu, Syekh Burhanuddin juga sering mengunjungi pemuka-pemuka masyarakat.  

b) Syekh Abdul Wahab Rokan   
Syekh Abdul Wahab Rokan dikenal juga Abdul Wahab Rokan Al Khalidi Naqsabandi atau Tuan Guru Babussalam adalah seorang ulama yang gigih menyebarkan agama Islam di Riau dan Sumatra Utara. Ia lahir di Rantaubinuangsakti, sebuah kampung di tepi sungai Rokan Kepenuhan, Rokan Hulu, 19 Rabiul Akhir 1230 H atau 28 September 1811 M). 

Syekh Abdul Wahab Rokan meninggal pada 27 Desember 1926 atau 21 Jumadil Awal 1345 H. Ia dimakamkan di Babussalam, Langkat, Sumatra Utara. 

c) Syekh Abdul Ghani Al-Khalidi 
Syekh Abdul Ghani Al-Khalidi adalah seorang ulama yang berasal dari Kampar.  Ia giat dalam mensyiarkan Islam di Sumatera terutama Riau, Sumatra Barat, dan Aceh. Murid-miridnya menjadi ulama besar di negeri-negeri yang dikunjungi.

Dalam mengajarkan agama Islam, Syekh Abdul Ghani mengajarkan enam pilar sebagai bekal dalam kehidupan dunia. Enam pilar tersebut adalah 1) sabar maknanya adalah menahan diri; 2) ikhlas maknanya adalah bersih; 3) tawakkal artinya adalah berserah diri; 4) qana’ah maknanya adalah sederhana; 5) tawadu’ maknanya adalah rendah hati; 6) jujur maknanya adalah benar.

Syekh Abdul Ghani lahir pada 1831 (sebagian menyebut 1811) di Batu Bersurat, XIII Koto Kampar. Ia wafat pada 1961.

d) Abdurrahman Siddiq 
Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afif bin Mahmud bin Jamaluddin adalah seorang ulama, penyair, dan penulis buku-buku Islam. Ia juga diangkat oleh Sultan Mahmud Shah (Raja Muda) sebagai mufti Kerajaan Indragiri 1919-1939. Karyanya diterbitkan di Matba’ah Ahmadiah, Singapura, di antarnya Fathu al ‘Alim fi Tartib al Ta’lim (1344 H), Risalah ‘Amal Ma’rifah (1322 H), Kitab al Fara-id (1338 H), Syair Ibarat Khabar Kiamat (1344 H), Risalah Sajarah Arsyadiah (1354), dan Kitab Asrar al Sholat min Uddat al Kutub al Mu’tamadah (1931 M). 

Abdurrahman Siddiq lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan pada 1857/1284 H. Ia meninggal dan dimakamkan di Sapat, Tembilahan, Riau pada tahun tahun 1366 H/ 1939 M.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *