Situs dan Tokoh Sejarah Pra-Islam

Candi Muara Takus di IV Koto Kampar, Kampar, Riau. (foto: kosabudaya.id)

A. Situs Peninggalan Pra-Islam 
Riau adalah wilayah budaya yang dikenal sebagai tempat berdirinya banyak kerajaan. Di antara kerajaan tersebut adalah Kandis dan Sriwijaya yang termasuk kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tertua itu berdiri di masa sebelum Islam masuk. Semua kekuasaan kerajaan yang pernah ada di Riau tersebut meninggalkan situs sebagai pertanda keberadaanya. 

Situs peninggalan pra-Islam dapat ditemukan di berbagai wilayah Riau. Ada yang berbentuk candi, batu bersurat, benda-benda purba, kuburan atau makam, sumur, dan bekas bangunan istana. Tempat bersejarah tersebut dapat ditemukan di darat dan juga di sekitar perairan (aliran sungai).

Bacaan Lainnya

1. Artefak
Tim Peneliti dari Universitas Gajah Mada menemukan artefak atau peralatan yang terbuat dari batu di Kuantan Singingi pada tahun 2009. Alat-alat batu yang ditemukan yakni kapak penetak, perimbas, serut, serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih. Usia alat batu diperkirakan 40.000-10.000 tahun sebelum Masehi. 

Lokasi penemuan artefak ini berada di bekas sungai purba Inderagiri. Kini, wilayah itu berada di sekitar aliran sungai (DAS) sungai Singingi. Artefak tersebut terus diteliti lebih mendalam.

2. Situs Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terdapat di Kampung Muaratakus Kabupaten Kampar. Di dalam kompleks ini terdapat Candi Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa, serta Palangka. 

Candi Muara Takus diperkirakan dibangun Sebelum Masehi (SM) hingga abat pertama Masehi. Candi Muara Takus disebut sebagai lokasi pusat Kerajaan Sriwijaya. Setelan Dapunta Hyang melakukan perjalanan menuju tempat pemukiman baru, Candi Muara Takus menjadi pusat keagamaan Sriwijaya.

3. Situs Candi Sintong
Candi sintong berada di Kampung Sintong Rokan Hilir. Situs candi ini hanya berupa tapak bangunan, yang menyisakan 7 hingga 9 susunan batu bata. Batu bata Candi Sintong berwarna putih, berbeda dengan batu bata candi lainnya yang berwarna merah.

Bangunan Candi Sintong diperkirakan sezaman dengan Muara Takus. Sintong dikisahkan pernah menyerang kerajaan di Kuantan (Kuantan Sengingi). Jika mengikut catatan itu, maka Candi Sintong adalah bangunan bekas kerajaan di Rokan. Saat ini, Candi Sintong berupa tapak-tapak candi yang belum dilakukan pemugaran.

4. Situs Padang Candi
Padang Candi adalah situs yang ditemukan di sekitar sungai Kuantan, Lubukjambi. Lokasi ini merupakan bekas bangunan candi yang diperkirakan dibangun Sebelum Masehi (SM) atau  abat pertama Masehi. Candi-candi tersebut diperkirakan sebagai peninggalan kerajaan Kandis.

Batu bata bekas candi dapat ditemukan dalam kebun karet di pinggir perkampungan. Sebagian batu batanya ada di sekitar rumah penduduk. Posisi candi berada si sisi kiri arah ke mudik sungai Kuantan.

5. Prasasti 
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi menandai akhir dari zaman prasejarah. 

Prasasti yang ditemukan di Riau adalah prasasti batu tulis dan prasasti lempeng emas. Prasasti lempeng emas ditemukan di Kuantan Singingi. Prasasti ini menggunakan bahasa sanskerta. Isinya memuat tentang mantra-mantra agama Budha.

6. Makam
Makam adalah situs peninggalan yang menandakan kehidupan masa lampau. Makam yang ditemukan di Riau pada masa Pra-Islam tersebar di berbagai daerah. Makam tersebut identik dengan ukuran yang panjang dan lebar serta tidak menghadap kiblat. Ukuran makam yang panjang dan besar berhubungan dengan sikap masyarakat untuk mengagungkan seseorang.

Situs makam pra Islam yang terdapat di Riau misalnya makam Puteri Tujuh di Dumai, Makam Puteri Sembilan di Pulau Rupat, makam Dara Sembilan di Pulau Bengkalis, dan makam Puteri Kaca Mayang di Siak. Situs-istus tersebut saat ini terawat dengan baik.

B. Tokoh Pra-Islam
Tokoh yang dikenal sebelum Islam ke Riau adalah tokoh-tokoh kerajaan. Beberapa tokoh tidak ditemukan makamnya, namun ada beberapa yang ditemukan. Tetapi, beberapa makam lain yang ditemukan, tidak dikenali tokohnya.

1. Dapunta Hyang
Dapunta Hyang disebut sebagai pendiri kerajaan Sriwijaya. Dalam Prasasti Kedukan Bukit tanggal 16 Juni 682 Masehi, Tokoh Dapunta Hyang dikisahkan berasal dari Minanga Tamwan (Muara Takus, Kampar). Dalam lokasi Minanga Tamwan terdapat komplek Candi Muara Takus.

Dalam prasasti tersebut, Dapunta Hyang dikisahkan berhasil menaklukkan beberapa wilayah dan membangun sebuah perkampungan (wanua) baru. Kampung baru itu dijadikan pusat pemerintahan dan Minanga Tamwan sebagai pusat agama. 

Dapunta Hyang membangun taman bernama Sriksetra, saat memerintah Sriwijaya. Isi taman tersebut adalah pohon-pohon yang buahnya dapat dimakan. Kisah ini ada dalam prasasti Talang Tuo. Prasasti ini ditulis dalam huruf Pallawa, berbahasa Melayu kuno pada tahun 606 Saka (684 Masehi).

2. Sang Sapurba
Sang Sapurba Paduka Sri Trimurti Tri Buana merupakan seorang pembesar kerajaan Sriwijaya. Saat Sriwijaya mulai melemah, ia berhasrat mengembalikan kejayaan kerajaan itu.  Ia kemudian meninggalkan Palembang, menelusuri Sungai Musi hingga ke muara. 

Pada suatu waktu,  Sang Sapurba menemukan suatu sungai yang disebut Sungai Keruh. Sungai ini kemudian dikenal dengan nama Sungai Inderagiri. Ia terus memasuki sungai tersebut, sampai menemukan Kerajaan Kuantan. Secara kebetulan, telah lama Kuantan tidak memiliki raja. Oleh karena Sang Sapurba menyebut dirinya sebagai raja, pembesar-pembesar Kuantan mengujinya dengan seekor ular bernama Sakti Muna. Ternyata hewan tersebut dapat ditaklukkan Sang Sapurba, sehingga ia dirajakan di Kuantan. Dari sini pula, Sang Sapurba menguasai Minangkabau.

3. Darmaswara
Darmaswara adalah putra Maharaja Diraja Kerajaan Kandis. Kerajaan yang diperkirakan berdiri sebelum Masehi. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih. Darmaswara memerintah setelah kematian ayahnya Maharaja Diraja. Darmaswara bergelar Datuk Rajo Tunggal. 

4. Panglima Gimbam
Gimbam adalah penglima perang Kerajaan Gasib. Ia bergelar Panglima Panjang. Saat puteri Kerajaan Gasib yang nama Putri Kaca Mayang diculik Raja Aceh, Panglima Gimbab menyerang kerajaan Aceh dan membawa pulang Putri Kaca Mayang. Namun, di perjalanan pulang, Putri Kaca Mayang wafat.

Raja Gasib sangat sedih atas kehilangan putrinya. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan istana dan menyepi ke Gunung Ledang, Malaka. Pemerintahan Kerajaan Gasib kemudian dipegang oleh Panglima Gimbam. 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *