Sultan Syarif Kasim II

Sultan Syarif Kasim II. (foto: dinsos.riau.go.id)

Tengku Sulong Syarif Kasim II bergelar Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syaifudin merupakan Sultan ke XII dari Kesultanan Siak. Ia lahir di Siak Sri Indrapura pada 11 Jumadil Awal 1310 H bertepatan dengan tanggal 1 Desember 1893. Secara resmi Sultan Syarif Kasim II dinobatkan sebagai Sultan Siak pada 8 Maret 1915. 

Gubernur Jendral Belanda , GG. Idenburg, keberatan pengangkatan Syarif Kasim II sebagai Sultan dan menginginkan tokoh lain. Namun, Dewan Menteri (Menteri Kerajaan) yang terdiri dari Datuk Tanah Datar Sri Pakermaraja, Datuk Lima Puluh Sri Bijuangsa, Datuk Pesisir Sri Dewa Raja, dan Datuk Kampar Maharaja Sri Wangsa dan pembesar lainnya, tetapi memilih dan mengangkat Syarif Kasim II  sebagai pewaris kerajaan menggantikan ayahandanya Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifudin.

Bacaan Lainnya

  Sejak awal memerintah Siak Sri Indrapura, Sultan Syarif Kasim II sudah terlihat tekanan-tekanan dari pemerintahan Hindia Belanda. Upaya pertama yang dilakukan adalah meningkatkan Kerajaan Siak Sri Indrapura agar terus tumbuh dan berkembang, baik dari segi pemerintahan, pendidikan, perekonomian, maupun kesejahteraan rakyat.

Pada 1915 sekitar tujuh bulan setelah memangku jabatan, Sultan Syarif Kasim II mendirikan sekolah untuk anak-anak negeri. Bagi anak-anak yang kurang mampu diberikan beasiswa. Sultan juga membuat asrama sebagai tempat tinggal mereka. Sebagian anak-anak juga dikirim ke Batavia untuk tugas belajar.

Tahun 1915 Syarif Kasim II mendirikan HIS. Kebijakan ini tidak mendapat sambutan positif dari pemerintah Hindia Belanda. Belanda mulai mengetahui jika sekolah-sekolah yang didirikan berusaha menanamkan benih-benih semangat kebangsaan dan rasa patriotik. Belanda mulai mengintervensi sekolah-sekolah dengan  menempatkan guru-guru dan kepala sekolah dari pihak Belanda. 

 Intervensi Belanda dalam sektor pendidikan semakin tampak ketika tahun 1917 Syarif Kasim II mendirikan Sekolah Agama Islam yang diberi nama Madrasah Taufiqiyah El Hasyimiah. Di sekolah ini selain diajaran agama Islam, juga diberikan pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan menanam semangat kebangsaan, patriotisme, kecintaan kepada kebudayaan asli, dan kepanduan. Sebagai tenaga pengajar dan pendidikan Sultan didatangkan dari luar Siak, misalnya dari Sumatra Timur. Para tenaga pengajar tersebut pada umumnya lulusan dari Universitas Al-Azhar Kairo. Waktu belajar dipilih pada sore yang bertujuan agar anak-anak HIS yang belajar pagi dapat juga mengikut pendidkan. Pemberian motivasi tentang penanaman kebangsaan dan semangat nasionalisme dapat leluasa diajarkan, karena guru yang mengajar adalah orang asli Indonesia.

Cita-cita Syarif Kasim II untuk memajukan kaum wanita Siak dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan juga diwujudkan. Sultan bersama-sama dengan Permaisuri Tengku Agung tahun 1926 mendirikan sekolah untuk kaum wanita yang diberi nama Latifah School. Tujuan pendiriannya adalah untuk menanamkan rasa harga diri dan membentuk semangat kebangsaan kaum wanita, karena selama ini budaya pingit masih melekat di kalangan rakyat.

Rujukan:
Suwardi MS..2006. Tokoh-tokoh dalam Sejarah Kepahlawanan Riau. Pekanbaru: Alaf Riau

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *