Kandungan syair umumnya berupa cerita atau kisah yang menerangkan tentang kepahlawanan, sejarah kerajaan, riwayat hidup seseorang, nasihat, petuah, dan ajaran agama. Kandungan syair tersebut mengandung falsafah-falsafah dan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat, yang menjadi tunjuk ajar dalam kehidupan komunal.
Terdapat banyak syair yang dikenal masyarakat Melayu Riau seperti Syair Surat Kapal, Syair Selendang Delima atau Syair Siti Zubaidah, Syair Ikan Terubuk, dan Syair Perang Siak.
Berikut penggalan teks Syair Ikan Terubuk.
Syair Ikan Terubuk
Bismillah itu permulaan kalam
Sunat disebut siang dan malam
Sekalian Ambia dan umat Islam
Untuk meneguh Iman di dalam
Memuji Allah sudahlah tentu
Selawatkan Nabi Ailayshalawatu
Duduk mengarang dagang piatu
Gundah gulana bukan sesuatu
Sesudah selawat yang akhir
Dikarang pula suatu syair
Hamba menyurat bukanlah mahir
Bertambah pula dawatnya cair
Itupun kodrat Tuhan Yang Esa
Kalbu dalam rasa binasa
Hati berminat senantiasa
Siang dan malam terasa-rasa
Sungguhpun hamba mereka sudah
Hati di dalam sangatlah gundah
Petang dan pagi tunduk tengadah
Hati yang gila bukanlah mudah
Dengan kurnia Azzawajala
Berlaku di atas hambanya pula
Tidak bersemena berhati gila
Menyusun kisah purbakala
Madah dikarang syair direka
Akan wartanya Ikan Puaka
Bukannya hamba berbuat jenaka
Dengan sebenar hamba menyangka
C. Tunjuk Ajar dalam Gurindam
Gurindam merupakan salah satu bentuk puisi lama Melayu. Gurindam disusun dalam satu bait, dan setiap bait terdiri atas dua larik dengan rima yang sama. Larik pertama berisikan persoalan, masalah atau perjanjian dan larik kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. Setiap larik gurindam menjadi satu kesatuan yang utuh.
Larik gurindam mengandung petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang merupakan bagian dari tunjuk ajar. Lirik tersebut dapat berupa tunjuk ajar tentang persahabatan, pendidikan, agama, dan lainnya.