Cerita Rakyat Negeri Tanah Sepuruk

Buku Cerita Rakyat Daerah Riau. (foto: folklor.kosabudaya.id)

Syahdan, di sebuah dusun kecil di pinggir sungai. Tersebutlah Wuk gadis cantik nan jelita. Berparas bak bulan purnama kesiangan, rambut bergelombang laksana mayang mengurai diterpa mengkilau emas mentari senja.

Bila berjalan, lemah gemulai padi berisi menyerupai. Bercakap tutur ramah yang lembut dan santun kepada sebaya, menyayangi kepada yang kecil, menghormati kepada yang lebih tua. Bila bekerja, rajin tak henti hingga petang. Namun, Wuk tidak congkak dan sombong. Kesempurnaannya digenapkan dengan budi pekertinya yang luhur. 

Bacaan Lainnya

Ayah Wuk sudah lama dipanggil Yang Kuasa, ia tinggal  bersama ibunya yang sangat mencintanya. Rumahnya cuma panggung kecil yang sempit tak jauh dari hamparan ladang milik orang-orang dusun, dekat sebuah sungai.

Orang-orang dusun lainnya mengenal ibu dan anak ini sebagai keluarga yang baik dan suka menolong tetangga yang membutuhkan pertolongan. Apalagi sang anak yang bernama Wuk, selain berparas cantik juga berbudi pekerti yang luhur, ia sangat rajin bekerja dan membantu orang tuanya di ladang.

Seperti orang-orang dusun lainnya. Setiap hari, sebelum matahari bersinar di ufuk timur, kedua anak beranak ini telah berada di ladang mereka yang luasnya tak seberapa, sorenya sebelum matahari terbenam mereka baru pulang ke rumah. Ladang itu adalah peninggalan mendiang ayah Wuk yang telah meninggal sewaktu Wuk masih berumur dua tahun. Sebagai seorang anak dusun, Wuk sangat menyenangi pekerjaan itu, apalagi di ladang ia akan bertemu dengan banyak anak-anak gadis seusianya yang juga sama-sama membantu orang tua mereka masing-masing.

 Pada suatu hari, sang ibu berangkat lebih awal dari anak perempuannya itu. Hari itu mereka akan berada di ladang hingga petang hari. Sama seperti kemaren. Musim mengubah telah tiba. Anak-anak padi yang disemai beberapa bulan lalu telah tumbuh besar dan harus segera dipindahkan ke ladang, orang-orang dusun itu menyebutnya dengan musim mengubah. Wuk di suruh emaknya menyiapkan perbekalan makanan untuk makan siang di ladang.

Hari itu nasib mujur bagi orang-orang dusun. Sebuah kapal besar milik seorang bangsawan berlabuh tak jauh dari di pinggir ladang mereka. Biasanya, kedatangan kapal besar milik bangsawan tersebut membawa keuntungan bagi orang dusun. Bangsawan itu biasanya menyerahkan bantuan berupa makanan dan pakaian untuk orang-orang dusun. Tak Jarang pula mereka datang sambil melihat-lihat ladang. Jika sedang panen, adakalanya mereka membeli hasil ladang tersebut dengan harga yang tinggi.

Hari itu ternyata membawa berkah bagi Wuk. Seorang anak bangsawan tertarik kepada Wuk dan ingin memperistrikannya. Wuk memang memiliki paras wajah yang cantik. Walau ia seorang anak dusun yang hari-harinya di ladang, namun ia sangat cantik mempesona. Kulitnya kuning langsat, rambutnya hitam panjang mengurai, melengkapkan kecantikkannya. Selendang yang selalu melilit dilehernya membuat ia tampak lembut dan sederhana. Beriring pula dengan perilakunya yang santun dan sedikit pemalu.

Sampai akhirnya dusun itu digemparkan oleh pernikahan seorang gadis dusun dengan seorang bangsawan yang baik hati. Sebagaimana Wuk, emaknya juga sangat bahagia dengan hal itu. Mengapa tidak, menikah dengan seorang bangsawan sudah tentu akan mengubah nasib mereka dan membuat masa depan Wuk lebih baik. Tempat tinggal mereka yang dahulunya adalah rumah tua telah menjelma menjadi istana megah. Orang-orang di dusun turut bahagia dengan pernikahan itu. Kadang orang-orang dusun sering mengadukan nasib mereka pada keluarga itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar