Sungai-sungai Besar di Riau

Festival Perahu Baganduang yang dilaksanakan di Batang Kuantan, Lubukjambi Kuantan Singingi, Riau. (foto: wikipedia)

Riau memiliki empat sungai besar, yaitu Sungai Kuantan/Indragiri, Sungai Kampar, Sungai Rokan dan Sungai Siak, dengan anak-anak sungai yang tak terhitung banyak. Di masa lalu sungai adalah jalur transportasi utama yang menghubungkan pedalaman dengan bandar-bandar dagang yang terletak di tepi sungai-sungai besar.

Sungai Kuantan/Indragiri
Sungai ini adalah sungai terpanjang di Riau ini (500 kilometer). Hulunya berada di perbatasan Riau-Sumatera Barat, dan bermuara di Selat Berhala, setelah melewati Rengat dan Tembilahan. Sungai ini juga dikenal dengan nama Sungai Kuantan (Kuansing) dan Sungai Ombilin (Sumbar).

Bacaan Lainnya

Sepanjang sungai adalah jalur pelayaran yang cukup ramai. Puluhan tahun yang lalu, kapal-kapal besar bisa berlabuh hingga ke kota Rengat, tapi kini mulai jarang karena terjadi pendangkalan.

Perbedaan debit air musim hujan dengan kemarau terlalu tajam. Pada musim penghujan air sungai meluap sampai jauh ke desa-desa dan merendam lahan pertanian penduduk. Tapi pada musim kemarau, sungai menjadi sangat dangkal. Pada beberapa belokan terbentuk beting-beting pasir dan menyempitkan sungai. Tinggi air tidak sampai satu meter sehingga orang dengan mudah berjalan kaki, menyeberangi sungai. Sepanjang tepi sungai merupakan hutan dan rawa-rawa, atau kebun-kebun rakyat serta desa-desa kecil yang masih terlihat kehidupan budaya aslinya. 

Sungai Kampar
Sungai ini cukup dalam untuk dilayari kapal-kapal laut sampai ratusan kilometer di pedalaman dengan muaranya yang cukup lebar. Seperti Sungai Rokan, sungai ini memiliki beberapa rintangan di muara dan anak-anak sungainya yang memperlambat arus masuk. Muaranya banyak timbunan pasir, lumpur, dan delta atau pulau-pulau kecil, sehingga cukup berbahaya bagi pelayaran. Sungai ini juga memiliki bono yang kuat. Keberadaan bono di Sungai Kampar ada dalam paparan terawal mengenai sungai ini, seperti ditulis oleh Tome Pires dalam Suma Oriental-nya yang menyebutkan bahwa kekuatannya seakan-akan “menghempaskan dan menghancurkan apapun yang ditemuinya” (Pires 1944: 151). Bahaya gelombang pasang ini begitu besar sehingga membuat sebagian besar kapal-kapal lokal di abad ke-17 dan ke-18 tak pernah berlayar tanpa seorang pilot, sedangkan sebagian orang Eropa memilih menghindari sungai ini sama sekali.

Sementara arus menuju hulu sungai ini merupakan tempat sempurna untuk perdagangan dan pemukiman, meskipun arusnya cukup deras. Sungainya cukup lebar, dengan kedalamannya mencapai delapan meter dan airnya yang coklat tua “tawar dan bisa diminum”. Sungai ini juga bercabang-cabang sampai 100 kilometer di pedalaman. Tepian Sungai Kampar, serta anak-anak sungainya, pada awal abad ke-19 dipenuhi kampung-kampung.  

Sungai Rokan
Sungai Rokan mengalir sepanjang 350 kilometer dari hulunya di Pegunungan Bukit Barisan di perbatasan Riau-Sumatera Barat hingga Bagansiapiapi di tepi Selat Melaka. Hulu Sungai Rokan bercabang menjadi beberapa anak sungai yang diantaranya Sungai Rokan Kanan dan Sungai Rokan Kiri, Sungai Kumu, Mahat dan Lubuk.

Bagi penduduk pedalaman Riau seperti Desa Tanahputih, Ujungtanjung, Pujud, Daludalu atau Ujungbatu, Sungai Rokan dan anak sungainya sangat penting bagi transportasi dan kehidupan sehari-hari.Sungai yang membelah tengah-tengah hutan Riau ini dapat dipakai untuk menghanyutkan kayu tebangan untuk dimuat ke kapal-kapal yang berlabuh di muara sungai. 

Aliran sungai ini juga menghanyutkan lumpur dan sisa tumbuhan hutan sehingga membentuk endapan berupa estuaria pada muara sungai. Pengendapan pada muara

Rokan telah mengakibatkan daratan pelabuhan Bagansiapiapi menjadi dangkal dan sekelilingnya menjadi hutan bakau yang lebat. Endapan delta ini menjadi habitat burung, kepiting dan aneka jenis binatang kecil.

Seorang penulis kronik menyebutkan bahwa muara Sungai Rokan sangat lebar sehingga hampir tidak dapat disebut sebagai bagian dari sebuah sungai namun lebih tepat “dianggap sebagai teluk”. Adanya beberapa rintangan di muara dan anak-anak Sungai Rokan memperlambat arus masuk, karena banyaknya timbunan pasir, lumpur, dan delta atau pulau-pulau kecil. Selain itu, Sungai Rokan sangat kering ketika pasang surut, dan gelombang pasangnya diperkirakan memiliki kecepatan antara 7-10 kilometer per jam dan ketinggian mencapai 10 meter, cukup kuat untuk memutuskan tali jangkar kapal. Namun, rintangan-rintangan di daerah dangkal dan pasang-surut yang menghadang para pelancong di muara Sungai Rokan ini masih ringan jika dibandingkan dengan gelombang pasangnya yang disebut bono atau beno di sepanjang pesisir timur Sumatera. Setelah melewati rintangan-rintangan yang ada di muara, Sungai Rokan merupakan tempat sempurna untuk perdagangan dan pemukiman. Sungainya lebar dan airnya berwarna coklat tua “tawar dan bisa diminum”. Sejumlah besar sungai-sungai kecil dan anak-anak sungai, yang terdapat di sepanjang pesisir Sumatera timur, salah satunya mengalir menuju sungai ini, dan sungai-sungai itu bercabang-cabang sampai 100 kilometer di pedalaman. Tepian Sungai Rokan serta anak-anak sungainya, pada awal abad ke-19 dipenuhi kampung-kampung.  

Sungai Siak
Sungai Siak memiliki panjang sekitar 300 kilometer. Sungai ini membelah kota Pekanbaru. Sungai ini terkenal karena kedalamannya sehingga dapat dilayari kapal besar sampai ke pelabuhan Pekanbaru. Kedalaman sungai ini rata-rata 8-12 meter, dan dianggap sebagai sungai terdalam di Indonesia. Sungai ini sejak dulu telah menjadi lalu lintas pelayaran perdagangan yang ramai. 

Sungai Siak dianggap sebagai sungai yang ideal untuk pelayaran, dibandingkan dengan Sungai Rokan dan Sungai Kampar. Walaupun sungainya tidak selebar kedua sungai tersebut, Sungai Siak “menempati peringkat teratas dalam banyak hal, yaitu yang terdalam, sangat bebas dari rintangan-rintangan, dan menjadi jalur pengangkutan komoditas dan perdagangan berharga dalam jumlah besar”. Pada awal abad ke-19, seorang Inggris, Francis Lynch melaporkan bahwa kedalaman sungai ini cukup konsisten sepanjang lebih dari ratusan kilometer, sehingga memungkinkan kapal-kapal besar berlayar sejauh mungkin sampai ke pusat perdagangan Pekanbaru, sementara gelombang pasangnya tidak sekuat di Sungai Kampar dan Rokan.

Sekitar 100-150 kilometer ke arah hulu, Sungai Siak terpecah menjadi dua cabang, Tapung Kiri dan Tapung Kanan. Percabangan ini menjadi batas antara hulu dan hilir karena kapal-kapal besar tidak dapat berlayar lebih jauh lagi ke arah hulu Sungai Siak. Keterbatasan-keterbatasan pelayaran di daerah ini tidak dipengaruhi oleh kedalamannya, yang masih sekitar 7-8 meter, namun pada derasnya arus, karena cabang-cabang Sungai Siak ini mulai menurun dari kaki gunung dari deretan pegunungan Bukit Barisan. Pada musim hujan banjir menyebabkan arusnya sangat kuat, sehingga diperlukan tambang-tambang untuk menarik kapal-kapal ke arah hulu. Dari kedua cabang ini, Tapung Kiri lebih popular karena terdapat jalan setapak yang menjadi jalur-jalur perjalanan barang-barang perdagangan antara dataran tinggi Minangkabau dan pesisir. Karena memerlukan kedalaman lebih, sebagian besar kapal-kapal pada abad ke-19 hanya mencapai Pantai Cermin, dimana barang-barang di kapal-kapal besar dapat dialihkan ke kapal-kapal yang lebih kecil. Namun, pada abad ke-17 dan ke-18, para pedagang berlayar ke hulu sampai ke pemukiman utama di Patapahan, meskipun kadang-kadang memerlukan tongkat-tongkat untuk mendorong kapal-kapal pada beberapa kilometer terakhir.

Sungai-sungai seperti Sungai Siak tidak hanya menjadi jalur transportasi utama di Sumatera timur, tetapi juga menjadi satu-satunya wilayah yang mampu menyokong komunitas-komunitas di kampung-kampung. Hal ini berkenaan dengan adanya tanah alluvial di sepanjang tepian sungai dan di pesisir yang terbentuk oleh lumpur-lumpur dari sungai-sungai di Sumatera timur. Lumpur ini berasal dari batu-batu pasir di perbukitan. Ketika lumpur ini dihanyutkan air sungai dan mengalir ke hilir melintasi lembah-lembah dataran rendah, kemudian mengendap di sepanjang tepian sungai sampai akhirnya membentuk tanggul-tanggul yang mudah mengering. Tanah alluvial juga dikenal sebagai fluvisols. Pada tahun 1920-an, dalam salah satu survei mengenai tanah tropis, ditemukan bahwa lumpur yang ada di sepanjang tepian sungai Siak 100% mengandung kwarsa (Mohr 1930: 183). Adanya tanah-tanah alluvial dengan saluran air yang sesuai membuat tepian sungai menjadi satu-satunya tempat yang cukup subur di Sumatera timur. Hasilnya adalah pembentukan zona tanam sekitar 3-5 kilometer sepanjang tepian sungai dimana sejumlah tanaman pertanian dapat ditanam di sini. Karena sifat endapan-endapan di hulu maupun hilir ini, komunitas-komunitas selalu berada di sepanjang sungai-sungai.

Pada tahun 1976, di tengah kota Pekanbaru dibangun sebuah jembatan di atas Sungai Siak sepanjangnya 350 meter oleh Caltex. Jembatan Siak ini di bawahnya dapat dilalui kapal-kapal ukuran sedang setinggi 10 meter dari permukaan air tertinggi.  Warna air sungai yang bening kecoklatan dipengaruhi oleh rawa-rawa di sepanjang sungai. Di antaranya rawa tanah gambut yang ribuan hektar luasnya. Beberapa vegetasi seperti mangrove (bakau), pinang merah, rotan, serta berjenis-jenis pandan, sangat dominan tumbuh di sungai ini.

Beberapa industri berat berada di tepi sungai ini. Ada pabrik crumb rubber (pengolahan karet), sawmill (penggergajian kayu), pengolahan minyak, pabrik kertas, pabrik kayu lapis, dan industri lainnya. Hal ini mneyebabkan tingkap pencemaran limbah di sungai ini menjadi sangat tinggi. Akibatnya, kehidupan biota sungai pun mengalami gangguan. Nelayan-nelayan tidak lagi mendapat hasil tangkapan ikan sebanyak dulu, tahun 1970-an. Beberapa jenis ikan seperti patin dan tudak (Hermirhamphus far) yang memakan lumut kini mulai diambang punah. Beberapa jenis cacing, kerang-kerangan, Crustacea, telah semakin rendah keragamannya.

Rujukan:
Timothy P. Barnard. 2006. Pusat Kekuasaan Ganda: Masyarakat dan alam Siak & Sumatra Timur, 1674-1827. Pekanbaru: P2KK-Unri
Ediruslan Pe Amariza (ed.). 2001. Warisan Riau, Tanah Melayu Indonesia yang Legendaris. Pekanbaru: Yayasan Warisan Riau

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *