Nyanyi Panjang Bujang Tan Domang

Pertunjukan Nyanyi Panjang. (foto: telkom indonesia)

Beberapa tahun kemudian Bujang berangkat bersama dengan menteri tua dan Hulubalang tua karena hendak melihat-lihat Laut Embun (sungai Kampar) dan memperdalam ilmunya. Dusun pertama yang mereka kunjungi sangat indah dan sentosa, berkat kebijaksanaan seorang penghulu yang memerintah di situ menurut adat dan keadilan. Sebaliknya dusun kedua miskin dan kacau karena diperintah oleh Raja Panjang Hidung yang tamak dan zalim. Bujang berperang dengan raja itu dan membunuhnya. Menteri tua ditunjuknya untuk memerintah dusun itu, sedangkan Bujang melanjutkan perjalanannya.

Bujang sampai ke negeri Raja Dinda pada saat anak-anak raja lain ramai meminang putri raja tersebut yang bernama Putri Sri Gading. Tujh orang anak raja yang ditolak pinangannya mau membunuh raja Dinda, namun Bujang mengalahkan mereka dan menyuruh mereka pulang ke negerinya masing-masing. Bujang sendiri belum bersedia memperisterikan Putri Sri Gading, dan berangkat lagi ke hulu. Dia bertemu dengan kapal yang besar sekali, yang diperintah oleh seorang raja zalim, Raja Garang, yang memaksakan kehendaknya kepada semua kapal yang lewat. Bujang membunuhnya dan melanjutkan perjalanannya.

Bacaan Lainnya

Beberapa tahun sudah lewat. Bujang sudah menjadi seorang laki-laki yang berilmu dan berpengalaman. Dia sampai ke negeri Raja Lela, pada saat diserang oleh Raja Jin, yahg ingin mengawini putri raja yaitu Putri Mayang Pinang. Bujang menantang Raja Jin dan mengalahkannya setelah berperang tujuh hari tujuh malam. Raja Lela mengangkat Bujang sebagai anak.

Bujang berlayar lagi dan mencapai suatu tempat yang sangat indah dan subur, yang dinamakannya Batang Bunut (Sialang Kawan, Dusun Betung, Dungai Bunut, Tanjung Sialang, Tanjung Perusa, Sungai Peragaaian dan Tealau) sebagai tanda akan dibukanya sebuah negeri di situ.

Kemudian Bujang mencapai negeri orang Bunyian dan lama tinggal di tengah mereka. Dia berkenalan dengan segala jenis makhluk gaib, dan menjadi saudara angkat Raja Bunyian. Mereka tukar menukar ilmu dan kesaktian. Setelah beberapa tahun di negeri Bunyian Bujang kembali ke Laut Embun (Kampar) dan Johor. Dia singgah di negeri Raja Lela (Putri Mayang Pinang sudah bersuami) dan di negeri Raja Dinda (dia bertunangan dengan Putri Sri Gading).

Sementara itu di negeri Sangar diserang oleh Raja Besar Hidung, yang mau membela kematian adiknya Raja Panjang Hidung. Raja Dilaut dikalahkannya dengan mudah dan Puteri Lindung Bulan hendak diculiknya, Bujang mengetahui secara gaib kejadian tersebut, dan terbang menolong kakaknya. Raja Besar Hidung dibunuhnya.

Putri Lindung Bulan sudah berputra seorang yang diberi nama oleh Bujang Kelana Jaya. Bujang pergi ke Johor bersama Lindung Bulan dan puteranya. Ketiga kakak beradik beserta orangtuanya sekali lagi berkumpul kembali. Setelah beberapa waktu Bujang pergi ke negeri Raja Dinda (Pekantua) untuk memperisterikan Putri Sri Gading. Lindung Bulan diantarkannya pulang lebih dahulu. Ibu mereka (Putri Mayang) memberikan kepada puterinya beberapa nasehat tentan perilaku seorang isteri.

Mereka tiba di Sangar. Tiga bulan kemudian datang pula Raja Alam beserta Putri Mayang, Putri Embun Putih serta Raja Pati, yang untuk pertama kalinya berjumpa dengan ibunda Raja Dilaut. Beberapa waktu kemudian semuanya berangkat lagi, naik tujuh kapal menuju Pekantua. Setelah menteri Johor dan negeri Pekantua berunding panjang, ditentukan hari perkawinan.

Pada hari tersebut dilangsungkan perhelatan yang besar-besaran. Bujang telah mengundang semua gurunya. Di tengah-tengah perayaan datanglah Datuk Jembalang Api beserta tiga pendampingnya serta rakyat bala tentaranya, yang mau membela kematian kedua muridnya, yaitu Raja Besar Hidung dan Raja Panjang Hidung, yang telah dibunuh oleh Bujang.

Ketiga pendaping itu bertarung dengan tiga datuk dari pihak Bujang, kemudian Datuk Jembalang Api sendiri bertarung dengan Bujang. Pertandingan itu lebih hebat lagi daripada semua peperangan Bujang selama itu, dan seluruhnya terjadi di Angkasa, diluar penglihatan rakyat manusia. Akhirnya Datuk Jembalang Api kalah dan pingsan ketika Bujang menepik dengan gemuruh. Bujang dipuji oleh guru-gurunya karena sudah mencapai tingkat ilmu yang tertinggi. Bujang berdamai dengan musuh yang baru dikalahkannya itu.

Beberapa bulan kemudian Raja Alam dan keluarganya pulang ke Sangar dan Johor. Waktu berpisah mereka satu per satu memberikan nasehat dan petuah kepada Bujang dan isterinya tentang hidup berumah tangga serta pendidikan anak.

Beberapa Tahun kemudian Bujang beserta isterinya pindah ke Sialang Kawan, yang sudah menjadi negeri yang ramai dan makmur. Bujang duduk di situ sebagai raja, dan negeri itu bertambah kaya dan sentosa. Bujang melayari laut Batang Kampar selama enam bulan untuk menumpas semua penyamun dan pembajak, dan oleh karena itu digelarkan Datuk Demang Serail (menurut nama malaikat maut Israil). Dia selanjutnya bertakhta di Sialang Kawan dan berkeluara di situ. Anak lelakinya yang tertua menjadi raja di Pekantua.

Sumber:
1. Elmustian Rahman, dkk. 2012. Ensiklopedia Kebudayaan Melayu Riau. Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau.
2. Taufik Ikram Jamil, dkk. 2018. Buku Sumber Pegangan Guru Pendidikan Biudaya Melayu Riau. Pekanbaru: Lembaga Adat Melayu Riau.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *