Kancil Yang Cerdik

Kancil. (foto: guruku.kosabudaya.id)

PADA suatu hari, kancil asik berjalan-jalan di dalam hutan. Karena asik berjalan, kancil jatuh ke dalam lubang yang dibuat manusia. Mau keluar tidak dapat, sebab lubang itu sangat dalam. Bagaimana cara mau keluar? Kancil ada akal, istilah kancil mengaji lah dia.

Bunyi mengajinya seperti ini:
Sebalik hitam
Sebalik putih
Taik murai
Berkelok-kelok

Bacaan Lainnya

Itulah teras disebut kancil dalam lubang. Sudah lama dalam lubang kebetulan harimau lewat Terdengar oleh hariamau suara kancil di dalam lubang. Harimau menghampiri lubang, lalu bertanya kepada kancil.

“Mengapa Kancil dalam lubang itu?” Tanya harimau ramah.
“Mengaji”.
“Apa boleh saya masuk?”
“Masuklah!” Kata kancil.

Mendengar kancil mengizinkan, maka harimau pun masuk ke dalam lubang. Sampai dalam lubang ikutlah harimau mengaji dengan kancil.

Setelah itu datang pula gajah ke dekat lubang. Gajahpun bertanya kepada kancil dan harimau.

“Mengapa kalian di dalam lubang itu?” Tanya gajah.
“Mengajilah!” jawab kancil.
“Apa boleh saya masuk?”
“Masuklah!” Jawab kancil lagi.

Gajah langsung masuk ke dalam lubang.

Karena lubang ini sempit maka berkatalah Kancil.

“Tuan-tuan beginilah caranya, karena lubang ini sempit maka siapa yang terkentut dilemparkan ke atas.” Sepakatlah harimau dan gajah dengan pendapat Kancil. Lama-lama di dalam lubang terkentutlah kancil. Lalu dilemparlah kancil ke atas oleh lharimau.

Sampai di atas kancil ketawa. Ia lari cepat-cepat. Tentu tinggal gajah dengan harimau di dalam lubang. Mereka ditipu oleh kancil, maka harimau dengan gajah melompat dari lubang. Dikejarlah kancil, kancil pun lari.

Lari… lari… lari… Kancil hampir ditangkap oleh harimau. Kancil pun berhenti di dekat sarang tabuhan. Pura-puralah kancil ini mengosok sarang tabuhan sambil mulutnya berbunyi gong…gong…gong… Harimau heran lalu bertanya dengan kancil.

“Mengapa kancil? ” tanya harimau.
“Ini, gong nenek moyang kita dahulu!”
“Boleh tidak saya ikut?”
“Boleh, tapi ada syaratnya, kalau saya sudah jauh baru boleh dipukul gong itu.”

“Kalau begitu iaya lah kancil,” jawab harimau.

Kancil pun menjauh dari sarang tabuhan. Sudah jauh maka harimau pun memukul gong nenek moyang yang disebut kancil. Tentu harimau digigit tabuhan. Harimau lari kesakitan digigit tabuhan. Selamatlah kancil dari harimau.

Kancil pun berjalan terus di dalam hutan. Jalan… jalan… jalan… tersangkut hidung kancil ke unak berduri. Maka berdarahlah hidung kancil.

Tiba-tiba harimau mendekat ke kancil. Tampak kancil merah hidungnya. Bertanyalah harimau.

“Hai kancil sedang apa?” tanya harimau.
“Makan sirih” jawab Kancil.
“Apa boleh saya makan?”
“Boleh, tapi lepaskan ini dulu!”

Harimaupun melepaskan kaitan hidung kancil dari unak berduri.

“Sekarang, kaitkan ini ke hidung.”

Harimaupun mengaitkan unak ke hidunnya. Kancil segera lari. Melihat kancil lari, harimaupun mengejar. Ketika melompat kesakitan harimau.

“Aduh… sakitnya!” Dilihatnya kancil, kancil sudah hilang. Maka dilepaskannya unak berduri di hidungnya. Selamatlah kancil yang ke dua kalinya dari harimau.

Lari, lari, lari, jumpa lagi sebuah sungai besar. Maka minumlah kancil di tepi sungai ini. Kaki sebelahnya di dalam air ketika minum. Rupanya banyak buaya di sungai besar ini. Buaya langsung mengigit kaki kancil.

“Hai buaya, ini bukan kaki saya. Kaki saya yang ini.” Kata kancil sambit memasukan kayu ke dalam air. Maka dilepaslah kaki kancil oleh buaya. Digigitnya kayu yang disebut kancil kakinya. Selamatlah kancil dari buaya.

“Hai kancil, kamu menipu kami ya. Awas kalau kamu tertangkap, kami makan nanti,” ujar buaya marah

“Makanlah, tapi kalau saya sudah sampai keseberang. Sekarang, kalian berbaris dari sini sampai seberang. Setelah itu saya melompat-lompat di punggung kalian.” Pinta kancil.

Kemudian buaya berbaris sampai ke keberang. Melompatlah kancil sampai keseberang. Sampai di seberang, kancil lari langkah seribu. Buaya tertipu. Selamatlah kancil dari buaya. Buaya tidak bisa berbuat apa-apa karena kancil sudah jauh.

Terus kancil berjalan di dalam hutan. Rupanya ada perangkap orang di hutan ini. Asik berjalan kancil kena perangkap. Datanglah orang melihat perangkapnya. Tampaklah oleh orang kalau perangkapnya dapat kancil. Ditangkap kancil lalu dibawa pulang. Setelah sampai di rumah, kancil dikurung di dalam kandang. Dikurung sudah itu diberi makan kancil ini. Maksud orang ini besok mau dibantai dan dimasak.

Di dalam kandang ini kancil pun berpikir.
“Saya pasti dimakan oleh orang-orang ini. Bagaiman cara supaya selamat?” pikir kancil dalam hati.

Sedang berpikir-pikir lewatlah seekor anjing kurus dekat kandang. Tampaklah kancil di dalam kandang sedang makan. Anjing ini lapar melihat makanan kancil. Bertanyalah anjing kepada kancil.

“Hai kancil apa boleh saya minta makanannya? Saya lapar!”
“Boleh, tapi buka pintu ini, masuklah dan makanlah.” Kata kancil.

Kemudian masuklah anjing ke dalam kandang. Kancil cepat-cepat keluar di tutupnya pintu. Terkurunglah anjing sedang makan, kancil pun lari. Anjing sudah kenyang anjing tidur. Jadi datanglah orang punya kandang melihat kancil. Orang ini tidak tahu bahwa dalam kandang itu anjing. Lalu dibuka pintu, diambillah anjing yang disangka kancil. Ketika mau dibantai, bicaralah anjing.

“Hai manusia, saya ini bukan kancil tapi anjing.” Kata anjing.
“He… tidak. Kamu kancil memang banyak akal.”

Manusia ini tidak percaya kata anjing. Diselesaikanlah anjing tadi. Sudan selesai dibersihkan. Lalu dimasak sampai matang. Sudah masak, dimakan bersama-sama.

Rupanya kancil melihat dari jauh manusia edang makan bersama. Ketawalah kancil dan berkata “Memang bod*h manusia ini. Daging anj*ng pun dimakannya!”

“Ha…ha…ha…” kancil ketawa sepuasnya. Begitulah cerita kancil yang cerdik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *