Tunjuk Ajar Melayu di dalam Pantun

Baju Kebaya Melayu Riau. (foto: guruku.kosabudaya.id)

A. Pengertian
Tunjuk ajar dalam pantun adalah tunjuk ajar atau nasihat-nasihat dan petuah yang terkandung di dalam bait dan lirik pantun. Tunjuk ajar ini terdapat pada bagian isi sebagai padanan dari sampiran pantun. Sebagian tunjuk ajar dapat dipahami dengan mudah, sebagian lagi diperlukan pendalaman dan pemahaman yang lebih lanjut.

Perhatikan contoh pantun di bawah ini:
Lebat kayu pantang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun-temurun

Bacaan Lainnya

Isi sekaligus tunjuk ajar pada pantun di atas terdapat pada baris ketiga dan keempat, sedangkan pada baris pertama dan kedua merupakan sampiran atau pembayang. Tunjuk ajar yang terdapat di pada pantun di atas adalah adat Melayu patang dibuang, sudah pusaka turun temurun. Tunjuk ajar tersebut mengingatkan bahwa adat Melayu harus dijaga dan dipelihara sebagai pusaka turun temurun yang diwariskan dari nenek moyang.

Di kalangan masyarakat Melayu pantun memiliki beberapa fungsi di antaranta yaitu sebagai “pembuka” suatu acara, sebagai pengungkap perasaan yang sulit disampaikan secara langsung, sebagai hiburan, dan sebagai penyampai pesan moral. Penyampaian pantun dapat dilakukan sendiri maupun berbalasan, dan dapat disajikan dengan gaya bahasa tutur biasa, dilagukan (menjadi syair lagu), atau dengan gaya bahasa khas lainnya. Penamaan pantun tersebut disertai dengan isi dan kegunaannya, misalnya pantun muda-mudi, pantun nasihat, pantun adat, pantun agama, pantun suka-ria, pantun meminang, dan lain-lain.

B. Pantun
Pantun adalah salah satu bentuk puisi lama dalam kesusasteraan Melayu. Dalam pemaknaan umum, pantun berarti umpama, laksana, seperti halnya peribahasa. Pantun mengandung makna tersusun atau teratur dalam susunan yang baik dan indah. Berpantun berarti menyusun kata-kata yang baik dan indah untuk mengungkapkan perasaan, pertanyaan, ataupun gagasan dan ide. Pantun juga sering dijadikan sebagai hiburan, bersenda gurau ataupun menguji ketajaman akal, menyindir dan menasihati.
Bait-bait pantun terdiri atas empat larik. Bunyi akhir keempat larik tersebut mengikuti pola persajakan yang disebut a-b-a-b. Dua baris pertama berfungsi sebagai pembayang atau sampiran, sedangkan dua baris berikutnya merupakan isi. Jumlah suku kata pada setiap larik antara 8-12 suku kata.

Ciri khas pantun sebagai berikut:
• tiap bait (kuplet) terdiri atas empat baris
• bersajak/rima (a-b-a-b)
• tiap larik terdiri atas empat kata
• setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata
• baris pertama dan kedua sebagai pembayang (sampiran), baris ketiga dan keempat merupakan isi

Pembayang atau sampiran pantun tidak hanya disusun berdasarkan persamaan sajak, tetapi juga mengandung makna yang sejalan dengan isi. Pembayang pada dasarnya adalah pembuka dari isi pantun yang terdapat pada larik ketiga dan keempat.

Perhatikan lagi contoh pantun di bawah ini:
Lebat kayu pantang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun-temurun

Pantun di atas menggunakan rima a-b-a-b dengan menyandingkan kata ditebang-dibuang, dan kata berdauan-turun-temurun. Jika diperhatian secara mendalam, sandingan ditebang- dibuang mempunyai makna yang sama yaitu tidak dipergunakan atau diperlukan lagi. Begitu juga dengan sandingan berdaun-turun temurun juga mengandung makna yang sama yaitu berkelanjutan atau berketerusan. Hal yang sama juga berlaku terhadap sandingan suku kata kedua yaitu kayu-Melayu yang bermakna kuat atau tidak rapuh dan berbuah-pusaka yang bermakna mendapakat atau menerima.

Secara tradisi, pantun digunakan dalam berbagai aktivitas masyarakat. Misalnya dalam pidato oleh pemuka adat dan tokoh masyarakat, pedagang yang sedang menjajakan dagangan, dan anak-anak di sekolah. Pantun juga terdapat dalam berbagai khazanah budaya misalnya dalam cerita rakyat, nyanyian pengantar tidur, nyanyian panjang, turun mandi, dan majelis pernikahan.

C. Tunjuk Ajar dalam Pantun
Di dalam masyarakat Melayu, pantun memiliki beberapa fungsi yang menjadi kekhasan dari pantun. Fungsi tersebut misalnya sebagai pembuka suatu acara, sebagai pengungkap perasaan yang sulit disampaikan secara langsung, sebagai hiburan, dan sebagai penyampai pesan moral. Penyajian pantun dapat dilakukan sendiri maupun berbalasan, dan dapat disampaikan dengan gaya bahasa tutur biasa, dilagukan (menjadi syair lagu), atau dengan gaya bahasa khas lainnya.

Berdasarkan kandungan isi dan kegunaan, pantun dapat dibedakan dalam beberapa jenis. Setiap jenis pada dasarnya berisi tunjuk ajar yang berisi nasihat-nasihat, pengajaran dan petuah. Jenis-jenis pantun tersebut adalah pantun nasihat, pantun adat, pantun agama, pantun jenaka, pantun meminang, dan lain-lain.

1. Pantun Adat
Pantun adat digunakan di dalam upacara-upacara adat. Pantun ini berisi tunjuk ajar tentang adat.

Berikut ini adalah satu contoh adat.

Adat menyuluh sarang lebah
Kalau berisi tidak bersambang
Adat penuh tidak melimpah
Kalau berisi tidaklah kurang

Yang menggantang yang menakar
Yang melintang yang memagar
Yang berhutang yang membayar
Yang mencencang yang memapar

Lebat kayu panlang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun temurun

2. Pantun Agama
Pantun agama berisikan tunjuk ajar tentang agama. Berikut beberapa contoh pantun agama.

Kemumu di dalam semak
Jatuh melayang selaranya
Walaupun ilmu setinggi tegak
Tidak sembayang apa gunanya

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat jasad tidak sembahyang.

Banyak hari perkara hari
Tiada semulia hari Jumat
Banyak nabi perkara tuhan
Tidak semulia nabi Muhammad

Banyaklah masa antara masa
Tidak seelok masa bersuka
Meninggalkan sembahyang jadi biasa
Tidakkah takut api neraka

3. Pantun Jenaka
Pantun jenaka bersifat jenaka yang dimaksudkan sebagai hiburan. Namun, isi pantun jenaka tetap mengandung tunjuk ajar yang dapat dijadikan sebagai teladan.

Orang menganyam sambil duduk
Kalau sudah bawa ke balai
Melihat ayam memakai tanduk
Datang musang meminta berdamai

Asam kandis asam jawa
Satu peti di dalam kereta
Jikalau nenek sudah tua
Hati atuk tetaplah cinta

4. Pantun Nasihat
Pantun yang nasihat berisi tunjuk ajar berupa nasihat-nasihat yang dapat dijadikan teladan. Contoh pantun nasihat sebagai berikut ini:

Patah lancang kita sadaikan
Supaya sampan tidak melintang
Petuah orang kita sampaikan
Supaya badan tidak terbuang

Encik Mamat membelah bambu
Bambu berjalin rotan saga
Baiklah hormat kepada ibu
Supaya terjamin masuk sorga

Burung punai memakan saga
Saga merah besar batangnya
Rukun dan damai di rumah tangga
Amal ibadat jadi tiangnya

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati

Gurindam lagu bergema takbir
Tiung bernyanyi pohonan jati
Bertanam tebu di pinggir bibir
Rebung berduri di hati

Mendendam unggas liar di hutan
Jalan yang tinggal jangan berliku
Tilamku emas cadarnya intan
Berbantal lengan tidurku

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *