Teka-teki

Tepak Sirih. (foto: guruku.kosabudaya.id)

Teka-teki atau toka-toki adalah genre sastra lisan berupa permainan untuk menjawab persoalan atau permasalahan yang dituturkan dalam bentuk kalimat, pantun, cerita—kadang kala didukung dengan gambar, dikemukakan secara samar-samar yang dimaksudkan untuk dijawab oleh lawan bermain. Teka-teki terdiri atas dua bagian penting, yaitu pertanyaan (topic) dan jawaban (referent).

Teka-teki merupakan sebuah bentuk hiburan tradisional, di samping juga berfungsi sebagai menguji ketajaman analisis, kecerdikan, menggoda, pola berpikir, pengetahuan, dan interaksi sosial. Penutur atau orang yang memberikan pertanyaan teka-teki akan berusaha membuat teka-tekinya sulit dijawab oleh penjawab.

Bacaan Lainnya

Bermain teka-teki menuntut penutur (penanya) dan penjawab untuk berpikir. Ketajaman analisis dan penguasaan pengetahuan (knowledge) merupakan kunci utama dalam permainan ini. Analisis dalam teka-teki juga merupakan sebuah pola pikir masyarakat dalam memberikan jawaban ketika dalam menyelesaikan sebuah persoalan.

Pertanyaan dan jawaban dalam teka teki pada umumnya bersifat harfiah, namun tidak jarang keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali (metaforis). Teka-teki yang bersifat harfiah akan lebih mudah di cari jawabannya. Kadangkala teka-teki juga bersifat jenaka, namun tetapi menguji kecerdikan atau ketajaman berpikir. Hal ini dapat meningkatkan daya kreativitas kanak-kanak dan orang dewasa. Sesuai dengan fungsinya, teka-teki membawa pelbagai tema.

Fungsi Teka-Teki
Secara umum teka-teki berfungsi sebagai bahan hiburan dan pengisi waktu luang, dimainkan disembarang waktu dari berbagai usia, tidak melihat status sosial atau jenis kelamin, misalnya dari ayah atau ibu ke anak, kakek atau nenek ke cucu dan cicit, kakak ke adek, paman ke keponakan, kawan sebaya dan lain sebagainya. Biasanya permainan ini dimainkan di sela-sela waktu luang dalam permainan, sesudah mengaji, menjelang tidur, menjemur padi, mencari kutu, atau di waktu luang lainnya.

Sebagai tradisi lisan, teka teki dituturkan secara lisan dan diturunkan secara linsan dari generasi ke generasi berikutnya. Tidak ada aturan atau waktu khusus regenerasi permainan ini. Akan tetapi, ketika teka-teki kemukakan kepada lawan bermain, maka sekaligus juga merupakan sebagai penyebaran dan regenasi dari permainan teka-teki itu sendiri.

Sebagian besar teka-teki mempunyai jawaban yang berupa benda-benda atau hal-hal yang ada di dalam lingkungan mereka. Dengan demikian, masyarakat, terutama anak-anak akan dibimbing untuk mengetahui, misalnya ciri-ciri benda-benda di sekitar mereka melalui teka-teki.

Teka-teki dalam sastra tradisional terbagi kepada dua bentuk utama yaitu prosa dan puisi. Teka-teki yang tergolong dalam bentuk puisi mungkin ditemui dalam bentuk syair dan pantun atau dalam ungkapan-ungkapan puitis yang lebih bebas seperti talibun, sesomba atau gurindam.

Contoh Teka-Teki
Berikut adalah beberapa contoh teka-teki yang berkembang di Riau.

Tinggi duduk dari berdiri
jawabnya: anjing

Besar sebesar emping, makannya sebuah negeri
jawabnya: mata

Satu kuda sakti
Ekornya dempak giginya besi
Selilit akar mati
Dililit kayu mati
Dicampakkan dia hidup
Ditarik dia mati
Jawab: Beliung

Berdengung bukannya kumbang
Mengaum bukannya harimau
Berbelalai bukannya gajah
Nakalnya lebih daripada ketiganya
Jawab: Nyamuk

Meletus bukannya bedil
Berbelang bukannya harimau
Jawab: Biji Karet

Kalau lupa ia terbawak
Kalau ingat ia tertinggal
Jawab: Bunga Rumput

Berpayung bukannya raja
Bersisik bukannya ikan
Jawab: Nenas

Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Jawab: Lemang

Emak menjahit, bapak merokok
Jawab: kereta api                       

Taik apa yang dimakan orang?
Taik minyak (lemak yang di dapat dari minyak kelapa)

bersentuhan bulu sama bulu, keenakan
orang lagi tidur

Ular mati pandai merokok
Siapa dapat kena tokok
Jawab: obat nyamum

Wau tersebut lam terkurung
Jawab: Luar sabut dalam tempurung

Sim lenggang kaca bawahnya
Jawab: Kening melintang mata bawahnya

Sayang beramai digulai langit
Digulai dengan daunnya bawang
Antara bumi dengannya langit
Sama tengah terawang-awang
Jawab: Tidak diperlukan jawaban (ambigu)

Harum sangat bunga melati
Tanam mari di dalam kota
Heran sangat di dalam hati
Putih hitam pandai berkata
Jawab: Tidak diperlukan jawaban (ambigu)

Panjang pendek boleh ditempa
Ada sehasta ada sedepa
Mulut dan mata serupa
Makan bersorak sebarang berjumpa
Jawab: Tidak diperlukan jawaban (ambigu)

Matilah makhluk yang empat kaki
Berhimpun kejadian yang enam kaki
Meratap melawat membanyak-banyaki
Sukalah makhluk yang tiada berkaki.
Jawab: Tidak diperlukan jawaban (ambigu)

Ada kepala telinga tidak
Ada kaki tiada bertangan
Mata banyak tak boleh memandang
Adapun daging tiada berdarah
Banyak urat tiada bertulang
Atas bawah sama senama
Baru bertemu berkasih-kasihan
Bertambah benci semakin lama
Jawab: kain sarung.

Ada satu teka-teki
Pada tuan saya bilang bagi
Kalau orang tuan yang bijak sekali
Apa binatang tiada kaki?

Jawab
Jangan pikir aku budak-budak
Aku tahu aku punya cabar
Di tengah padang terlengkak-lengkak
Yang tiada kaki binatang ular

Cendawan koran di tepi paya
Bawa orang dari hulu
Banyak heran di hati saya
Kecil dia segan besar dia tak malu

Jawab
Bawa orang dari hulu
Cendewan koran tepi paya
Kecil segan besar tidak malu
Itulah nama kuntum bunga

Ulat daun tidur berembun
Dusun terkaya dengan buah-buahkan
Banyak daun perkara daun
Daun apakah dahan tiada

jawab
Banyak orang pergi ke dusun
Dusun terkaya dengan buah-buahan
Banyak daun perkara daun
Daun pukau tiada berdahan

Sumber:
1. www.budayamelayuriau.org

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *