Permainan Tradisional Melayu Riau

Permainan Ligu. (foto: budayamelayuriau.org)

A. Pengertian
Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan secara tradisional, dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Permainan tradisional tercipta sebagai reaksi terhadap sesuatu hal, budaya, alam, ataupun wujud dari ekspresi kegembiraan anggota masyarakat.

Pada umumnya, permainan tradisional diekspresikan  dalam suatu gerakan fisik, nyanyian, dialog, nyanyian dan dialog, tebak-tebakan, adu kecermatan dalam penghitungan, ketepatan menjawab pertanyaan, dan belajar komunikasi. Metode permainan dilakukan secara spontan dan sederhana, misalnya berdasarkan gerak tubuh seperti lari dan  lompat, kejar-kejaran, sembunyi-sembunyian, dan berkelahi-kelahian. Sebagian permainan tradisional juga berdasarkan matematika dasar atau kecekatan tangan seperti menghitung dan melemparkan batu ke suatu tempat atau benda tertentu. 

Bacaan Lainnya

Permainan tradisional umumnya dimainkan oleh anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, namun beberapa permainan tertentu juga dimainkan oleh laki-laki dewasa. Jumlah pemain secara umum terdiri 2 hingga 15 pemain yang berumur 5 hingga 18 tahun. Beberapa permainan membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, namun pada permainan tertentu misalnya galah panjang, patok lele, kasti, catur Melayu, dan permainan ya oma ya oma bisa dimainkan oleh semua gender.

Permainan biasanya dimainkan untuk mengisi waktu senggang yang bisa dilihat berdasarkan harian, mingguan, dan musiman. Permainan harian dilaksanakan hampir setiap hari dan biasanya permainan-permainan ringan yang tidak membutuhkan peralatan khusus. Mingguan dilaksanakan  pada saat hari-hari pekan (pasar), karena pada hari ini teman sebaya banyak berkumpul. Sedangkan musiman dilaksanakan mengikuti musim-musim tertentu misalnya musim menugal, menuai, musim hujan, dan lain-lain. 

Berdasarkan sifat permainan, maka permainan tradisional dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Permainan untuk bermain bersifat mengisi waktu senggang atau rekreasi sedangkan permainan untuk bertanding dilaksanakan dengan metode pertandingan. 

Pemain dalam melakukan permainan mendapatkan peran-peran tertentu yang diputuskan melalui sut (suten), yaitu mengundi dengan mengadu jari untuk menentukan siapa yang menang. Beberapa jenis suten yang sering digunakan adalah suten gajah dan suten daun. Suten gajah mengumpamakan jari telunjuk sebagai manusia, kelingking sebagai semut, dan ibu jari sebagai gajah. Menentukan pemenangnya adalah manusia kalah oleh gajah, gajah kalah oleh semut, dan semut kalah oleh manusia. Sedangkan suten daun mengibaratkan tangan terbuka sebagai daun, tangan tergenggam sebagai batu, dan telunjuk sebagai duri atau lidi. Menentukan pemenang dari jenis suten ini yaitu daun kalah oleh duri, duri kalah oleh batu, batu kalah oleh daun.  

B. Jenis-jenis Permainan Tradisional
Berdasarkan peralatan permainan, permainan tradisional Melayu Riau dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu:
1. Permainan Tradisional tanpa Peralatan
2. Permainan Tradisional dengan Peralatan

Berdasarkan permainan, permainan tradisional Melayu Riau dapat juga dikelompokan menjadi dua jenis yaitu:
1. Permainan Tradisional Perorangan
2. Permainan Tradisional Berkelompok

Berdasarkan nyanyian, permainan tradisional Melayu Riau dapat juga dikelompokan menjadi dua jenis yaitu:
1. Permainan Tradisional dengan Nyanyian
2. Permainan Tradisional tanpa Nyanyian

C. Contoh Permainan Tradisional Melayu Riau
1. Tam-Tam Buku

Permainan tam-tam buku dikenal juga dengan permainan putri-putrian. Permainan ini dimainkan dengan cara dua orang pemain berdiri saling berhadapan dan memposisikan kedua tangan masing-masing saling menggenggam dengan jari-jari sehingga membentuk seperti gerbang. Pemain lain berderet berjalan sambil memegang bahu, punggung, atau pinggang pemain di depannya, lalu menyanyikan lagu Tam Tam Buku.

tam tam buku 
seleret tiang batu 
patah dinding patah paku 
anak belakang tangkap satu  

Pada saat melewati gerbang, pemain terakhir yang berjalan  ditangkap oleh yang menjadi pintu gerbang bertepatan dengan akhir lagu. Kepada anak yang tertangkap diajukan pertanyaan  “Ikut bulan apa Ikut bintang?”

Setelah anak yang tertangkap menentukan pilihan, maka ia berbaris di belakang salah seorang pintu gerbang yang dipilih. Setelah semua anak tertangkap, maka akan terbagi dalam dua kelompok. Permainan selanjutnya dilakukan adu kekuatan semacam tarik tambang (tidak menggunakan tali), tetapi menggunakan tangan antara ketua kelompok. Kelompok yang menang adalah kelompok yang dapat menarik kelompok lawannya melewati garis batas yang telah ditentukan

2. Benteng dan Ali Oma
Permainan benteng dilakukan dengan sembunyi dan cari. Salah seorang pemain yang kalah akan menjaga benteng, dan yang lain bersembunyi tidak jauh dari benteng.

Permainan dimulai dengan suten untuk menentukan siapa jadi. Pemain yang jadi akan menghadap benteng sambil menutup mata, sedangkan yang lain bersembunyi. Dalam hitungan yang disepakati, anak yang jadi akan membuka mata dan mencari yang bersembunyi. Bila anak yang jadi mendapati pemain lain yang bersembunyi, ia harus menyebut namanya dan mengatakan, “jadi!”. Pemain yang bersembunyi dapat menghindari tangkapan yang jadi dengan menyerang benteng, yaitu dengan menepuk benteng tanpa sepengetahuan yang jadi atau sebelum namanya disebut. 

Permainan ali oma hampir sama dengan pemainan benten. Namun, ali oma menggunakan lagu yang dinyanyikan saat pemain penyuruk bersembunyi. Berikut lirik yang dinyanyikan dan saling jawab antara yang jadi (J) dengan penyuruk (P).

J : Ah Oma
P : Ambio
J : Kaki Pincang
P : Mata kero
J : Ro apa?
P : Rokan
J : Kan apa?
P : Kambing
J : Bing apa?
P : Bing kok
J : Kok apa?
P : Kodok
J : Dok apa?
P : Dolah
J : Lah apa?
P : Laci
J : Ci apa?
P : Cina
J : Na apa?
P : Nasi
J : Si apa?
P : Si ta
J : Ta apa?
P : Tali
J : Li apa?
P : Lipan
J : Pan apa?
P : Pandan
J : Dan apa?
P : Dandut, lico-lico…
Akhir lagu berarti yang ‘jadi’ sudah boleh mencari ‘penyuruk’.

3. Harimau dan Kancil 
Permainan harimau dan kancil memerankan tingkah laku harimau menangkap kancil. Permainan dilaksanakan berkelompok sekitar 10 hingga 14 orang. Pemain saling berpegang tangan dengan posisi melingkar, kemudian dipilih dua orang pemain untuk menjadi harimau dan kancil. Kancil berada di dalam lingkaran dan harimau di luar lingkaran. Harimau kemudian berusaha masuk ke dalam lingkaran untuk menangkap kancil tetapi selalu dihalangi oleh pemain yang melingkar. Kancil bersembunyi ketakutan sambil berlarian, sedangkan harimau yang garang kadang-kadang mengaum, melompat, dan berusaha menerobos lingkaran untuk menangkap kancil. Pemain dinyatakan kalah jika harimau dapat menangkap kancil baik di dalam maupun di luar lingkaran. Jika permainan dilanjutkan, dipilih kembali dua orang untuk menjadi kancil dan harimau.

4. Teka-teki
Teka-teki adalah permainan tebak-tebakan yang biasanya berbentuk pertanyaan atau pantun. Dalam sastra tradisional terbagi kepada dua bentuk utama yaitu prosa dan puisi. Teka-teki yang tergolong dalam bentuk puisi mungkin ditemui dalam bentuk syair dan pantun atau dalam ungkapan-ungkapan puitis yang lebih bebas seperti talibun, sesomba atau gurindam. 

Permainan teka-teki dipenuhi dengan kejenakaan, kecerdikan, ataupun ketajaman berpikir. Permainan ini juga dapat meningkatkan daya kreativitas para pemain. Pertanyaan-pertanyaan dalam teka-teki berkaitan dengan hal-hal sederhana yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh teka-teki:
Pertanyaan:
satu kuda sakti, ekornya dempak, giginya besi,
selilit akar mati, dililit kayu mati,
dicampakkan dia hidup, ditarik dia mati?

Jawaban:
Beliung

Pertanyaan:
berdengung bukannya kumbang,
mengaum bukannya harimau,
berbelalai bukannya gajah,
nakalnya lebih daripada ketiganya?

Jawaban:
Nyamuk

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *