Permainan Tradisional dengan Peralatan

Patuk Lele atau kecuke. (foto: budayamelayuriau.org)

A. Permainan Tradisional
Permainan tradisional adalah permainan yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, tumbuh dan berkembang pada masyarakat tersebut, berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan, dan diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Permainan tradisional tercipta sebagai reaksi terhadap sesuatu hal, budaya, alam, ataupun wujud dari ekspresi kegembiraan anggota masyarakat. 

Nilai-nilai permainan berpegang teguh pada norma-norma dan adat kebiasaan, serta diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan. Permainan tradisional tercipta sebagai reaksi terhadap sesuatu hal, budaya, alam, ataupun wujud dari ekspresi kegembiraan anggota masyarakat.

Bacaan Lainnya

Permainan tradisional menjadi bagian dari kekayaan khasanah budaya di Riau. Permainan tradisional dimainkan untuk mengisi waktu senggang dan berperan membentuk kekerabatan dan keakraban di lingkungan tempat tinggal para pemain. 

B. Permainan dengan Peralatan
Permainan tradisional yang terdapat di Riau terdiri atas  berbagai macan bentuk dan jenis. Jika dilihat dari peralatan yang digunakan, permainan tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu permainan tradisional tanpa peralatan dan permainan tradisional dengan peralatan. Permainan tradisional tanpa peralatan tidak menggunakan peralatan saat memainkan dan hanya memerlukan lapangan permainan. Sedangkan permainan tradisional dengan peralatan memerlukan berbagai peralatan pendukung.

Peralatan permainan dapat berupa benda keras seperti batu dan kayu, ataupun benda lembut seperti karet. Permainan yang bersifat mengandalkan kekuatan fisik umumnya dimainkan oleh laki-laki misalnya gasing atau sepak raga. Hal ini merupakan penerapan dari suatu adat dan nilai sosial budaya yang dianggap tabu bila dimainkan anak perempuan.

1. Permainan Laki-laki
a) Legu
Legu adalah permainan menembak yang menggunakan pelenting legu untuk menembak legu lawan yang ditancapkan di tanah. Legu dibuat dari pecahan tempurung kelapa yang dibuat berbentuk segi tiga, dan pelenting dibuat dari bilah buluh. Menembak legu dilakukan dengan cara menempatkan pelenting legu secara berdiri yang dipegang dengan tangan kiri. Anak legu diletakkan sejajar dengan pangkal pelenting, kemudian tangan kanan menampar atau memukul pelenting legu. 

Permainan legu dilakukan oleh dua kelompok atau regu. Pemilihan anggota regu dilakukan dengan melambungkan anak legu. Legu yang tertelentang akan menjadi kawan se regu, demikian juga yang telungkup. Apabila kawan seregu tidak seimbang, legu yang lebih banyak akan dilambung lagi sehingga mendapat kawan seregu yang berjumlah sama.

b) Enggrang atau Kaki Anggau
Enggrang atau kaki anggau adalah permainan menggunakan dua batang buluh atau kayu sebagai kaki pengganti. Permainan ini memerlukan konsentrasi, kecakapan dan keseimbangan tubuh. 

Panjang enggrang sekitar dua setengah meter. Orang dewasa lebih panjang dan anak-anak lebih pendek. Bagian bawah bambu atau kayu dibuatkan tapak tempat telapak kaki berpijak. Jarak tapak dengn tanah kira-kira 20-50 cm. Lebar pijakan tapak sekitar 5-10 cm.

Permainan enggrang biasanya dilakukan dalam dua bentuk yaitu:
• lomba lari. Dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-15 tahun, jumlah pemain antara 2-5 orang.
• lomba menjatuhkan. Saling menjatuhkan dengan teknik memukulkan kaki enggrang kawan dengan kaki enggrang sendiri. Bentuk ini dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 11- 17 tahun.

c) Guli
Permainan guli atau disebut juga kelereng menggunakan guli atau kelereng dan sebuah ceruk kecil di tengah lapangan permainan. Guli bisa dibuat dari beragam jenis biji-bijian misalnya buah pinang yang telah dikupas sabutnya. 

Dikenal tiga jenis permainan ini yaitu guli ceruk satu, ceruk tiga, dan ceruk lima. Dari ketiga jenis tersebut yang paling sering dilakukan adalah permainan guli ceruk satu. Permainan guli dilakukan oleh 2 hingga 7 orang pemain.

2. Permainan Perempuan
a) Yeye
Yeye adalah permainan yang menggunakan tali atau karet gelang dijalin panjang yang dipegang dua pemain pada kedua ujung. Seorang pemain kemudian  melompati atau memainkan tali tersebut dengan kedua kakinya.

Terdapat beberapa jenis permainan yeye. Salah satunya dengan cara yakni dua orang berdiri sejajar memegang tali untuk dilompati pemain lain. Dimulai dari bawah mata kaki, lutut, pinggang, dada, dagu, telinga, kepala, kepala ditambah kepalan tangan, dan terakhir setinggi kepala yang ditambah sejengkal. 

b) Serembas
Permainan serembas dimainkan menggunakan batu yang dikumpulkan sebanyak mungkin di tangan, kemudian dilambung ke atas dan tangan dibalikkan sehingga batu tadi ditampung di punggung tangan. Batu kemudian dilambung kembali dan ditangkap dengan telapak tangan. Jumlah batu yang dapat ditangkap akan menjadi milik si pemain. Sedangkan batu yang berserakan di arena permainan diambil dengan cara melambungkan batu induk dan mengambil secara cepat sebanyak mungkin batu yang berserahkan kemudian menyambut kembali batu induk. 

c) Congkak
Permainan congkak menggunakan kayu bujur berlubang,  atau dibuat cekungan di atas tanah. Buah congkak bisa diambil dari batu, biji saga, biji getah, kulit lokan, ataupun biji pinang.

Papan congkak biasanya dibuat dari batang kayu besar yang direka bentuk mirip bentuk sebuah perahu nelayan atau ikan belah dua yang ujungnya berukiran kepala burung, singa, angsa atau ular besar. Lubang dibuat dengan cara ditebuk di atas permukaan papan. Jika permainan dilakukan di atas tanah, lubang congkak ditanamkan tempurung kelapa atau mangkuk.

C. BERMAIN GASING
1. Mengenal Gasing
Terdapat dua jenis gasing yang umum dikenal yaitu gasing jantung dan gasing berembang. Gasing jantung yang berbentuk seperti jantung, bulat memanjang dan meruncing pada bagian bawah, dan gasing berembang yang berbentuk seperti buah berembang, bulat pipih. Dalam perkembangannya, gasing berembang juga disebut dengan gasing epel (dari kata apple). Berbagai variasi bentuk yang ada merupakan perkembangan dari kedua jenis gasing tersebut. 

a) Kepala gasing adalah pusat keseimbangan gasing dan berfungsi sebagai penahan pukulan gasing. 
b) Leher gasing berfungsi sebagai tempat memulai lilitan tali gasing dan menjadi sasaran pukulan gasing lawan. 
c) Bahu gasing menjadi tempat melanjutkan lilitan gasing dan berfungsi sebagai penahan keseimbangan putaran gasing dan penahan pukulan gasing lawan. 
d) Badan gasing menjadi pembentuk bodi gasing, dan berfungsi sebagai penyeimbang saat berpusing.
e) Ekor gasing berfungsi sebagai tumpuan. Bagian ekor diletakkan paksi atau paci berupa paku atau jarum gasing yang menjadi tumpuan putaran gasing. 

2. Permainan Gasing
Terdapat dua kategori dalam pertandingan gasing yang sering diterapkan yaitu tanding uridan tanding pangkah

Tanding uri dilaksanakan secara perorangan berdasarkan lama gasing berputar. Pertandingan ini menuntut kestabilan gasing untuk berputar secara baik yang disebut dengan nonek. Jenis gasing yang digunakan adalah gasing berembang.  

Permainan gasing pangkah memerlukan gasing yang memiliki kekuatan dan kestabilan putaran, termasuk pemilihan bahan baku. Sebagian gasing pangkah disuntikan timah agar lebih berat dan padat. Jenis gasing yang sering digunakan adalah jantung. 

Tanding pangkah dilaksanakan secara beregu yang beranggotakan 5 hingga 9 orang. Setiap regu dipimpin  oleh seorang raja, sedangkan anggota yang lain disebut anak. Dalam menentukan regu pemenang, seluruh pemain secara bersama-sama memutar gasing. Gasing dari salah satu kelompok yang paling lama berputar akan jadi pemenang, sedangkan yang kalah akan menahan gasing masing-masing.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *